Cerita Tentang Ananda II @bellacantika21
Penis Rai
mulai membesar begitu dia melihat temannya yang sibuk menyetubuhi Ananda
dari belakang. Ananda mengocok penis Rai dengan kedua belah telapak
tangannya, lalu mencoba membuka lebar lebar mulutnya agar muat menampung
kepala penis Rai. James benar benar menikmati apa yang tengah
dirasakannya, memukuli bongkahan pantat Ananda, mendorong pantatnya
lebih ke depan lagi dan lagi agar penisnya bisa menyeruak lebih ke dalam
vagina Ananda lagi.
Serangan dua orang pria dari depan dan
belakang yang baru saja beberapa waktu lalu dikenalnya, tak ayal lagi
menjadikan Ananda seperti sebuah Rollercoaster yang dengan kecepatan
tinggi bergerak naik, naik dan naik menuju ke puncak kenikmatan
persetubuhan baru dalam hidupnya. Ananda meneriakkan orgasmenya seirama
dengan bunyi becek yang keluar dari vaginanya.
Tubuhnya
terlihat menegang kaku dalam beberapa detik, matanya terpejam rapat,
kepalanya mendongak keatas meresapi setiap ledakan orgasme yang
didapatnya. Wajah dan tubuhnya yang telah basah oleh keringat menjadi
semakin basah dan berkilat oleh lampu dalam ruangan ini. Adegan dan
suasana ini tak terbandingkan meskipun oleh film peraih puluhan Piala
Oscar!!
Kepala James mendongak ke atas dan mulai mengosongkan
sperma yang memenuhi kantung bolanya ke dalam vagina Ananda. Kepala
Ananda terlempar menjauh dari penis Rai begitu James untuk yang terakhir
kalinya mendorong batang penisnya ke dalam vaginanya dan menghabiskan
sisa spermanya. Aku meraih orgasmeku sendiri bersamaan waktu James
menarik penisnya keluar dari vagina Ananda, sebuah lubang merah jambu
nan basah dan dihiasi dengan rambut kemaluan yang hitam pekat.
Sperma James perlahan meleleh keluar dari vaginanya. Ananda rebah
kecapaian di atas lantai, matanya terpejam, tubuhnya berguling
telentang, pahanya terlihat masih bergetar perlahan menikmati sisa
getaran kenikmatan yang ada. Rai mengambil bantalan sofa dan
menempatkannya di bawah pantat Ananda. Mata Ananda terbuka memandangnya.
"Jangan, tak mungkin aku dapat manampungmu".
Rai tak mengacuhkannya, dia memegang kedua kaki Ananda dan
menempatkannya diatas pundaknya, kemudian mulai memposisikan penisnya
mengarah ke vaginanya yang sudah basah kuyup itu.
"Tidak, jangan" dia merintih begitu Rai mulai mendorong penisnya memasuki vaginanya.
"Oh Tuhan, dia merobekku".
Rai tak bergeming, tetap bergerak. Rintihan Ananda berubah menjadi
racauan begitu Rai menggerakkan masuk keluar separuh batang penisnya.
Penis Rai terlihat basah oleh sperma James karenanya. Mata Ananda
terpejam rapat, dia gigit bibirnya kuat kuat.
Aku mendekatkan
vaginaku ke wajah Ananda, memandang sperma dari vaginaku yang jatuh
menetes pada pipinya dan mulai menggesekkan vaginaku pada mulut dan
dagunya. Dengan bantuan James, Rai mengangkat kaki Ananda,
membentangkannya lebar lebar dan mulai mengerjai vagina Ananda. Kedua
buah zakarnya terayun ayun menghantam pantat Ananda. Sedangkan vaginaku
melumuri wajah naifnya dengan cairanku dan sperma Rai. Segera saja aku
merasakan gerakan lidahnya pada vaginaku begitu aku mengesksploitasi
wajahnya. Beberapa waktu kemudian aku berhenti menggunakan lidahnya
untuk memuaskanku dan duduk menyaksikan Rai memberinya persetubuhan yang
selama ini didambakannya.
Suara dan baunya sungguh sangat
menakjubkan saat Rai menggerakkan batangnya menembus vagina Ananda
berulang kali. Akhirnya Rai berteriak kalau dia tak sanggup lagi menahan
lahar spermanya yang akan keluar. Ditariknya penisnya keluar, dan mulai
mengocok penisnya dengan tangannya sendiri diatas vagina Ananda. Aku
segera mendekat dan meraihnya ke mulutku. Tembakan spermanya mengguyur
tenggorokanku seiring denyutan demi denyutan yang mengosongkan kantung
spermanya.
Aku menatap Ananda, rambut kemaluannya yang hitam
pekat dan bibir kemaluannya yang kemerahan terlumuri oleh sperma Rai
yang tak tertampung dalam mulutku. Kutanyakan padanya apakah dia
menyukai apa yang baru saja didapatkannya, jawabannya hanya, "Oh
Tuhan!".
Aku mengisi kembali gelas anggur kami. Ananda bangkit
dan duduk menyilangkan kakinya, cairan yang mengalir keluar dari dalam
vaginanya dengan cepat membasahi karpet. James yang baru saja
menyaksikan temannya yang telah memberikan pada Ananda sebuah
persetubuhan terhebat dalam hidupnya, masih saja mengocok batang
penisnya dengan pelan dan berkata..
"Masih ada satu hal yang kuinginkan darinya". Perlahan dia mendekati Ananda sambil terus mengocok penisnya.
"Buka mulutmu, sekarang", katanya.
Meskipun merasakan kekuatannya belum pulih benar, Ananda mulai
menghisap habis batang penis James dalam mulutnya. Dengan kedua tangan
James memegangi belakang kepala Ananda, James menggerakkan kepalanya
berlawanan dengan gerakan pinggangnya sendiri. James menahan kepala
Ananda agar tidak melepaskan penisnya saat dia menggeram orgasme.
Jakunnya terlihat jelas naik turun saat dia memenuhi mulut Ananda dengan
semburan spermanya hingga ada yang meleleh keluar dari samping celah
mulutnya.
Untuk beberapa saat keheningan merajai ruangan ini. Hanya suara nafas yang mulai mereda saja yang terdengar lirih..
Ananda bangkit berdiri dan mulai mengenakan pakaiannya diatas kedua
belah kaki yang masih gemetaran, celana dalamnya yang semula telah
kering segera saja menjadi basah kembali seiring dengan warnanya yang
berubah agak gelap karena cairan yang keluar dari vaginanya. Sambil
mengenakan gaunnya, dia mengatakan kalau dia harus segera pulang, dia
sedang menunggu telepon dari suaminya.
Para pria berbaring
diatas lantai, beristirahat sejenak setelah menyirami bukit birahi
Ananda yang tandus. Beberapa menit setelah Ananda berlalu dan meredakan
nafas yang memburu, kualihkan perhatianku pada para pria.
"Boys, hadiah telah kalian terima, sudah puas kan?, Ayo, cepat bawa senjata kalian kemari dan urus aku!".
"Kalau Aryo mengetahuinya, oh.. Mati aku!!" seru Ananda.
"Berjanjilah padaku kalau ini akan selalu menjadi rahasia antara kamu dan aku," teriaknya.
"Tentu saja Nanda, jangan gusar gitu dong" kataku sambil membelai rambutnya.
"Gusar? Kamu bilang gusar? Demi Tuhan Yanna, aku merasa seperti seorang
pelacur. Aku mempunyai affair di belakang suamiku dengan bukan hanya
satu, tapi dengan dua orang pria dan kamu!" katanya, menepis tanganku
menjauh dari rambutnya.
Kini sudah satu minggu setengah sejak
terakhir kalinya aku bertemu dan bicara dengan Ananda. Aku tahu dia
pasti malu atau katakanlah merasa bersalah setelah melakukan hubungan
sex untuk pertama kalinya di luar ikatan perkawinannya. Dan itu
merupakan pertama kali baginya dan sangat menakjubkan!
Aku
telah 'membagi' penis yang paling mengagumkan dari apa yang kumiliki
setahun belakangan ini dengan nama Rai dan James. Dengan tanpa
sepengetahuan Ananda dan berdasar kesetiaan mereka, itu adalah sebuah
rencana yang tak mungkin diskenario lebih baik lagi. Aryo, suami Ananda
sedang pergi ke luar kota beberapa hari untuk keperluan Gereja. Rai dan
James mampir ke tempatku. Mereka menjumpai aku dan Ananda yang sedang
berjemur di pinggir kolam renang. Ananda seperti biasanya, sangat naif
saat mereka mendekat tapi sangat anggun, mempesona, tinggi dengan rambut
hitam pekat, dan figur yamg mangagumkan.
Kemudian pada sore
harinya mereka datang 'berkunjung'. Obrolan hanyalah seputar bagaimana
caranya agar mereka dapat menikmati keindahan tubuh Ananda sepuas
puasnya. Hanya dengan memikirkannya saja telah membuatku basah dan ingin
segera mendapatkan penyalurannya. Sepanjang malam itu aku aku
memperoleh rangkaian persetubuhan yang dahsyat dari mereka berdua.
Mereka dengan bercanda menyampaikan padaku bahwa mereka akan membunuhku
bilamana aku tidak membantu mereka untuk mendapatkan Ananda. Kombinasi
antara penis keras mereka dan mulit orgasme yang sudah tak terhitung
lagi membuatku berjanji untuk melakukan apa saja yang mereka minta.
Pada hari kepergian suamiku dalam tugas luar kota berikutnya, mereka
datang lagi. Kali ini mereka membawa seorang teman baru lagi, Jay. Jay
adalah seorang Ambon yang pernah mereka janjikan dulu. Aku tahu Rai dan
James telah memanfaatkanku, tetapi apa yang kudapatkan dari mereka
berdua benar benar dapat memuskan kebutuhan biologisku.
Rai
adalah seorang pria yang sangat mencengangkan dengan penis berurat
kerasnya sedangkan James tak sekeras Rai, tetapi dia mempunya kepala
penis yang lebih besar. Aku menikmati mereka berdua karena ukuran tak
begitu penting bagiku, yang penting mereka dapat secara rutin mengisi
kehampaan vaginaku diluar percintaan dengan suamiku sendiri tentunya.
Aku tak mempunyai masalah dalam urusan ranjang dengan suamiku,
kehidupan sex kami cukup panas. Tapi persetubuhan yang menyeluruh dan
penuh dari mereka membuatku selalu memperoleh ledakan multi orgasme
berbeda dari apa yang kudapat dari suamiku. Mereka berdua selalu bilang
padaku bahwa gadis gadis seumuran mereka tidak dapat memuaskan mereka
seperti yang kulakukan. Mereka sadar kalau vaginaku adalah milik mereka
dan membawa seorang teman baru untukku adalah cara mereka menunjukkan
hal itu. Tak perlu dikatakan lagi, aku memperoleh persetubuhan yang
panas malam itu.
Jay pamit lebih dulu sedangkan dua penis
kesayanganku 'menginap' sampai pagi, menyetubuhiku lagi dan lagi hingga
mereka pergi berselang hanya sepuluh menit sebelum kepulangan suamiku.
Sekujur tubuhku penuh dengan sperma yang mereka tumpahkan barkali-kali.
Ranjang penuh noda dan basah karena sperma. Aku taruh spreinya ke mesin
cuci dan segera mandi membersihkan tubuhku saat suamiku datang. Kamar
tidur kami penuh dengan aroma sex dan terjadilah lagi, aku orgasme di
dalam mulut suamiku dan memberinya menu cairan asin dari vaginaku.
Kembali pada Ananda..
"Aku tak percaya telah membiarkan mereka melakukan semua ini terhadapku" gumam Ananda.
"Dan aku tak sanggup menatap langsung ke matamu setelah apa yang telah terjadi antara kita" sambungnya lagi.
Aku tahu apa yang diperlukan dalam percakapan ini.. Sebotol anggur.
Satu jam berlalu setelah aku menjadi seorang pendengar yang setia dan
selalu mengisi gelasnya jika telah kosong. Dapat kukatakan dari arah
percakapan ini setelah waktu terus berlalu, bahwa dia di sini tidak
untuk mengungkapkan betapa jalangnya dirinya tetapi lebih kepada alasan
yang lain lagi!!
Akhirnya dia bertanya..
"Apakah kamu sudah ketemu sama mereka lagi sejak itu?".
"Oh, belum" kataku berbohong.
"Oh Tuhan, aku sangat gelisah dalam dua hari ini," dia menambahkan, wajahnya jadi memerah.
"Aku tak pernah menyangka kalau ada yang begitu besar dan keras," katanya dengan menghindari menyebutkan 'kata' itu.
"Bisa aku tanya hal yang sangat pribadi Yanna?".
Aku mengangguk dan bilang padanya bahwa dia dapat bertanya padaku segalanya.
"Apakah kamu.. Bisexual? Apa kamu sering melakukannya dengan wanita?".
Aku tertawa kecil dan mengatakan padanya kalau aku tidak menganggap
demikian, tidak dalam perasaan yang sesungguhnya, tapi, ku katakan
padanya bahwa melihat dirinya dalam suasana yang menggairahkan seperti
kala itu menyebabkan semua itu terjadi begitu saja.
Setelah beberapa gelas anggur lagi, aku bertanya kepadanya..
"Jujur saja, kamu menikmati sore itu bukan?".
"Maksudku, itulah kenapa kamu berada disini sekarang, benar bukan?" sebelum dia dapat menjawab, aku menambahkan..
"Kamu mendapatkan orgasme sedikitnya selusin dengan Rai dan James dan
sekali saat melakukannya denganku. Sekarang katakan padaku dengan
sejujur-jujurnya, itu semua adalah kegiatan sexual yang selama ini kamu
impikan bukan?".
Pengaruh anggur telah bekerja. Nafasnya
menjadi berat dan putingnya tercetak jelas pada atasan ketatnya. Dia
menganggukkan kepalanya. Rambut hitam panjangnya tergerai menutupi
payudaranya yang penuh.
Aku lebih menyudutkannya lagi dengan
kembali mengingatkan dia akan bagaimana bergairahnya James kala
menyetubuhinya, dan bagaimana penis keras Rai telah mengantarkannya pada
orgasme yang berkepanjangan sore itu.
"Ceritakan padaku Ananda, kamu dapat menceritakan segalanya"
"Kita berbagi rahasia".
"Katakan padaku bagaimana kau menyukainya, bagaimana kau membutuhkannya," aku mendesaknya.
"Demi Tuhan.., Ya!!" akhirnya dia mengakuinya.
"Aku memang menyukainya, aku melakukan masturbasi pagi dan malam dalam
minggu minggu terakhir. Semua ini begitu tabu dan penuh dosa. Aku merasa
begitu menginginkannya dan sangat ingin melakukannya lagi!".
Bersambung...
Cerita Tentang Ananda II
Written By Unknown on Senin, 17 Maret 2014 | 09.05
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar