Putri Malu

Putri Malu

Angelina Firliani Rosita (Ochi)

Written By Unknown on Kamis, 27 Maret 2014 | 21.17



“Punten pak, kalau alamat ini dimana ya?”
“Oh ade naik angkot 02 aja. Nanti minta turun di alamat yg ade tulis di kertas ini.”
“Baik pak terima kasih.”

Bogor, 20 Agustus 2010
Nama ku Ferry Alamsyah, biasa dipanggil Ferry. Aku datang ke Bogor merantau dari kota asalku, Jakarta. Merantau? Dari jakarta ngedip juga nyampe padahal ya. Hehe tapi tak apalah, karena barusan aku menanyakan alamat yang akan aku tuju untuk bermukin di kota ini.

Beberapa minggu lalu, aku resmi dipanggil bekerja di salah satu media penyairan di daerah Surya Kencana, kota Bogor. Karena bakat dari dulu rajin ngomong, ngobrol dan komunikasi dengan orang lain, aku diterima sebagai salah satu penyiar radio dan harus menjalani masa training selama 3 bulan sebelum benar-benar diterima sebagai penyiar tetap.

“Mas, alamatnya di sini. Masuk aja ke jalan itu.”
“iya bang. Makasih”

Aku berhenti di sebuah jalan masuk yang cukup besar, kembali menanyakan alamat yang aku tuju.

“Punten pak. Rumahnya pak Haji Mansur sebelah mana ya?”
“Oh pak mansur. Tuh ada warung warna merah. Itu warung nya pak mansur.”
“wah makasih banyak pak.”

“Permisiiii. Permisiii.”
“Ya de? Mau beli apa?”
“Maaf bu, saya Ferry. Mau cari pak Mansur ada?”
“Oh cari bapak, ada apa ya de?”
“Ini bu, kebetulan saya lihat di internet kalau pak mansur punya kos-kosan ya bu? Kebetulan saya dari luar kota, mau menyewa beberapa bulan untuk tinggal di sini.”
“Oh begitu, di sini ada dua tempat de, yang atas sama yang bawah. Kebetulan yang atas khusus karyawan pria, tetapi sudah penuh. Kalau ade yang di bawah bagaimana?”
“Memang yang di bawah kenapa bu?”
“Yang di bawah campur de sama karyawati dan ada yg berkeluarga tinggal di sana juga.”
“Boleh saya lihat dulu bu?”
“Baik de, mari ikut ibu”

Hmm.. Akhirnya sampai juga di tempat yg ku tuju. Sebuah kos-kosan yang aku cari di website jual beli online. Ternyata yang diiklankan pak Mansur adalah kos-kosan campur yang berisi karyawan, karyawati, maupun yang sudah berkeluarga. Tak apalah, pasti cukup tenang karena berisi orang yang sudah bekerja semua.

“Boleh deh bu. Saya sewa satu kamar ya bu. Yang lantai dua ada yang kosong?”
“Ada de, silakan dilihat dulu.”

Setelah melihat-lihat sekeliling kamar yang berukuran 3x3 meter, nampaknya cukup enak untuk ditempati karena fasilitas seperti kasur, meja dan lemari sudah tersedia rapi. Sepertinya rutin dibersihkan oleh si pemilik kos-kosan ini.

“Oke bu. Bisa saya tempati mulai hari ini? Kebetulan saya sudah bawa beberapa barang keperluan untuk tinggal juga”
“Bisa de. Nanti ibu bilang bapak juga kalau ada penghuni baru masuk ke sini”
“Oh iya bu. Masalah pembayaran bagaimana?”
“Bisa langsung ke Ibu. Sebulan 300rb. Untuk penghuni baru, minimal membayar untuk tiga bulan ya de.”
“Baik bu, saya bayar untuk enam bulan tinggal ya. Ini, satu juga delapan ratus. Silakan dihitung bu”
“Pas. Silakan ade ferry tinggal di sini. Nanti kalau sempat, bapak akan ke sini.”
“Baik bu. Terima kasih”

“Huaahh. Bisa tidur nyenyak juga malam ini. Untung aja ada yang kosong.”

Selepas mengantar bu Mansur ke depan gerbang, aku pun kembali ke kamar ku di lantai dua. Kebetulan aku ambil kamar yg paling pojok agar terdapat jendela yg bisa mengarah ke beberapa pemandangan sekitar.

Ketika aku berjalan kembali, ada yg menggelitik mata ku.

“Ochi..”

Sebuah gantungan bertuliskan OCHI. Mungkin sebuah nama manusia yg tinggal di dalam kamar tersebut. Aku bisa menebak kalau Ochi adalah wanita, mungkin karyawati. Tetapi terlalu childish karena gantungan tersebut serba berwarna pink. Entahlah. Yang penting aku bisa istirahat karena ini hari Jumat, weekend ini akan aku habiskan bersantai di kosan dan berkenalan dengan teman sekitar

Aku buka laptop kesayangan ku, colok modem untuk berselancar di dunia maya
“ 96.30.52.192 “
Sebuah website kesayangan yang memberikan hiburan akhir minggu untuk jomblo seperti ku ini. Mengenaskan memang. Hahaha

Banyak racun yang membuatku betah berlama-lama di website tersebut. Entah kenapa dari dulu aku tertarik dengan wanita atau abg dari etnis keturunan. Istilahnya banyak yg menyebut dengan amoy. Racun yang paling membuatku gigit jari sekaligus mupeng adalah semua thread yang di share oleh Amoyholic. (kalau ga percaya, cek aja. Kalo ga ngiler, ane telen lendir TO nya bro Amoyholic dah)

Tak terasa berjam-jam aku berselancar mencari dan menikmati keindahan lekukan beberapa amoy yang banyak di share. Tangan kanan tetap standby di mouse, tangan kiri mengocok kontol ku, pelan dan stabil.

“BRUAKKK!!!”

“Set dah. Ganggu orang asik aje. Udah bikin kaget malem-malem gini pula”

Aku pakai celana ku, tanpa celana dalam. Hanya ingin melihat keadaan sekitar dan mencari tau siapa yang barusan menggebrak pintu dengan keras.
Semua kamar sudah gelap, hanya kamar sebelah yang masih terang. Padahal sudah jam sebelas malam. Hmm. Ochi ya? Apa dia yang barusan menutup pintu dengan keras?

“Huu huuu huuuu. Huuu hikss hikss........”

Aku merinding. Jam segini terdengar tangisan wanita. Tengok kanan kiri, berharap tidak ada penampakan. Tapi, sepertinya terdengar dari kamar sebelah.

Ochi nangis?!

Hmm.. ada apa gerangan. Aku beranikan diri ke kamar sebelah, takut terjadi apa-apa. Sekalian berkenalan dengan tetangga di hari pertama ini.

“Tok.. tok.. tok.... Permisi”

Terdengan isakan tangis mulai berhenti.

“Cklek....”
“ngg... ada apa ya?”

Oh GOD! Sesosok wanita, hmm not that old. Sesosok ABG cantik bermata sipit yg sedang sembab karena habis menangis.

“M..Maaf mengganggu. Nama ku Ferry. Aku penghuni baru di sebelah. Baru tadi sore sampai di sini. Cuma mau ngecek ada apa dengan Ochi, barusan sampai menggebrak pintu dan menangis.”
“Loh ko ka Ferry tau nama aku Ochi?”
“Itu...”

Sambil menunjuk ke gantungan nama yang menempel di pintu, miring karena barusan Ochi membanting pintu tersebut agak keras untuk ukuran wanita.

“Ohh itu. Hehe iya ka. Salam kenal. Ochi gak apa-apa ko. Cuma ada masalah sedikit.”
“Beneran Ochi gak apa-apa? Mau teh? Kebetulan aku lagi masak air di heater. Jadi sekalian aku bikinin ya.”
“Huum iya ka. Makasih. Kalau boleh, Ochi minta airnya sekalian ka. Air Ochi abis, belum sempet beli gara-gara kemaleman pulangnya.”
“Hiyaaa. Boleh boleh, sini ada teko ga? Nanti aku ambilin airnya.”
“Nih ka, udah siap teko nya. Yang penuh ya ka.”
“Tega bener. Ini mah bukan minta, tapi ngerampok. Hahaha”
“hehe ya gak apa-apa atuh ka, ochi kalau sempet juga beli air tadi”
“iyaa dehh. Gak apa-apa ko. Buat yang cantik mah masa ga boleh”
“Huu gombal malem-malem ni.”
“Hahaha. Nih air nya, nah ini teh nya. Eh sebentar belum dikasih gula”
“Ga usah ka. Nanti aku diabetes. Udah manis ko teh nya”
“loh kan blm aku kasih gula, masa udah manis?”
“Minumnya kan ditemenin ka Fer”
“Diiihh gombal juga nih.”
“Hehehe emang ka Fer doang yang bisa gombal, Ochi juga dong”

Malam yang indah. Bertemu bidadari cantik dan supel. Ochi, siswa SMA kelas 3 di salah satu SMA yg dekat dari kosan ini. Ternyata dia menetap di sini karena tidak mau ikut pindah bersama orang tua nya. Selain sudah kelar tiga, sibuk mempersiapkan ujian akhir nanti, Ochi juga beralasan karena sudah banyak teman yang dia kenal di kota ini. Karena orang tuanya pindah karena dipromosikan sebagai kepala cabang dari perusahaan Tekstil di Bekasi. Ochi, anak bungsu dari empat bersaudara. Ketiga kakaknya laki-laki yang sudah berkeluarga, sehingga Ochi dibesarkan tidak dengan dimanja seperti anak bungsu kebanyakan. Ayahnya telah meninggal saat Ochi duduk di bangku SD kelas 5.

“iya ka. Seminggu sekali Ochi ke rumah mama di bekasi. Tapi minggu ini Ochi ada janji sama temen mau nonton bareng.”
“temen apa temeeeennn..”
“iihh ka fer godain aja nih. Temen tau ka. Ochi udah lama jomblo. Gara-gara ga cocok sama Ochi. Cowo nya pada manja.”
“Cowo nya? Udah brapa kali pacaran emang sih?”
“Dua kali ka. Hehehe. Semua nya putus baru beberapa bulan doang.”
“Gara-gara cowo nya pada manja?”
“iya ka, maunya ditemenin mulu. Telepon mulu. Ketemu mulu. Dikit-dikit nanya lagi ngapain, udah makan belum, dan lainnya. Ochi pusing ditanyain itu mulu ka. Kaya ga ada pertanyaan lain aja. Ga dibales, marah. Dibales nanya mulu. Ga ketemu bete, sekalinya ketemu ribut mulu.”
“Ohhhh jadi tadi banting pintu gara-gara ribut sama pacar?”
“iihhh ka fer mah. Kan Ochi bilang, Ochi itu jomblo. Tadi mah gara-gara di jalan ketemu sama si mantan. Ngajak balikan. Ujung-ujungnya ribut. Konyol deh”
“Hahaha sampe banting pintu sama nangis gitu kamu nya”
“Hehehe namanya juga cewe ka. Bisa apa kami kalo ngga nangis?”
“Sekarang udah ga sedih dong?”
“hehe udah ka, makasih ya udah hibur Ochi malem ini”
“Iya. Sama-sama. Jangan sedih lagi, kalau ada apa-apa cerita aja sama aku ya. Siapa tau ga harus nangis sama banting pintu. Bikin orang jantungan aja.”
“maaf deh ka. Hehehe Ochi janji ga bakal gitu lagi. Yuk ah ka beberes, udah malem gini. Sini biar Ochi yang beresin gelasnya”
“yuk deh. Makasih ya Chi”
“Iya ka. Ihh tuh ka fer gimana sih minum teh nya sampe netes ke celana deh. Sini Ochi bersihin.”
“Ehh jangan. Ga usah.”

Panik. Ya, aku panik. Aku tahu itu bukan teh yang menetes, tetapi cairan pre cum hasil ngocok tadi. Terlebih aku tidak memakai celana dalam. Gawat

“Udah gapapa, mumpung Ochi lagi pegang tisu nih gara-gara abis nangis tadi”

Aku pasrah. Tak bergerak. Menanti apa yang akan dilakukan oleh Ochi. Pikiran berkecamuk.

“Loh ko, licin lengket gini. Ini gula?”

Ochi mencium cairan tersebut yang menempel di jari telunjuknya

“Ko kaya kenal bau nya. Iiiihh ka fer, itu nya bangun....”

Sambil menunjuk ke celana, aku juga dapat merasakan. Kontol ku bangun perlahan karena perlakuan Ochi. Aku terdiam.

“udah ah, Ochi liat apa sih. Aku ga apa-apa ko. Udah yaa.”
“Eh tar dulu ka fer. Itu nya ko bisa bangun?”
“Apanya?”
“itu... ngg... kontol ka fer...”

Aku terkejut. Ochi ternyata vulgar juga. Apa dia sudah kenal hal yang begini?

“tuh kan bener bangun..”

Ochi seketika meraba celana ku. Lebih tepatnya, meraba kontol ku dari luar celana.

“Ochi, udah. Jangan...”

Aku tak bisa berbuat banyak. Sebuah penolakan yang notabene hanya formalitas. Selain menikmati perlakuan Ochi, aku juga menantikan apa yang akan Ochi lakukan selanjutnya.

“Gede ya ka? Ochi boleh liat?”
“Emang Ochi mau liat kontol aku?”
“kalau boleh, kenapa ngga?”
“Di dalem aja yuk, ga enak di luar takut ada yang liat”

Aku ajak Ochi masuk ke dalam kamar ku. Masih rapi untungnya karena baru terisi sedikit barang.
Aku duduk di kasur, Ochi berlutut di lantai.

“Aku buka ya ka celananya”
“kamu yakin Chi?”
“Iya ka. Liat doang ko.”
“bener ya, jangan diapa-apain”
“iya kaa. Ga Ochi apa-apain ko”

Celana ku diturunkan. Aku duduk di atas kasur. Dan perlahan terpampanglah kontol kebanggaan ku.

“Wah gede juga. Padahal belum tegang ya ka.”

Nyesss. Tangan Ochi yang cukup dingin menyentuk kontolku perlahan. Memberikan rangsangan yang langsung membuat kontolku keras seperti kayu

“Loh loh ko keras? Ihhh gede ka. Lebih gede dari kontol mantan ku”
“kamu udah pernah pegang kontol lain sebelum ini ka?”
“udah ka. Baru kontol mantan ku yang tadi siang ngajak balikan. Biasanya sih cowo ada maunya kalo ngajak balikan. Bener aja, pas tadi siang nonton, aku digrepe-grepe di dalem bioskop. Aku ga suka. Risih banyak orang. Aku tolak, dia nya maksa. Ya udah aku kesel, keluar trus kabur deh”
“terus, kamu sama mantan udah ngapain aja?”
“hmm.. aku baru ngocokin sama emut ini aja ka”
“segitu baru?”
“ehehe namanya juga anak muda ka.”
“udah ya liat itu nya”
“ehh ntar dulu ka. Kontol kaka lucu nih, keras banget. Panjang lagi. Aku kocok ya ka.”
“uuhhhhhhh enak Chi”

Ochi mengocok kontol ku dengan perlahan tapi pasti. Sudah 1 tahun kontolku tak tersentuh tangan wanita, karena satu tahun lalu aku ditinggal kawin oleh pacar yang sudah bersama selama 3 tahun. Nasib banget, jomblo ditinggal kawin. Kocokan Ochi nikmat banget. Like a pro!

“kamu udah brapa lama kenal sama yang begini Chi?”
“kenal apa ka?”
“itu, ngocok”
“Ohh. Hmm udah lama ka. Dari awal jadian sama mantan dulu”
“Berapa kali sama mantan?”
“wah udah ga keitung kali ka. Hampir setiap hari dia minta, lama-lama bosen sih. Dia mulu yang minta. Pas udah keluar, Ochi nya didiemin.”

“emang Ochi mau diapain sih?”
“yaa mau yang enak juga lah ka. Ochi kan juga kepengen ka”
“ko ga minta ke mantan kamu dulu?”
“ngga ka, Ochi malu minta nya. Mau nungguin inisiatif cowo, susah banget”
“jadi kamu ga pernah diapa-apain sama cowo kamu dulu?”
“paling grepe dari luar ka, abis itu dia minta diemut kontol nya sampe keluar. Udah deh”
“ohh gitu”
“iya ka. Udah ah ga usah ngomongin dia lagi. Udah males Ochi sama dia”
“ya udah. Hehe mau Ochi lanjutin ngocok nya apa Ochi mau ngerasain enak juga dari aku?”
“hmm mau yang enak dong ka? Emang ka fer mau ajarin Ochi?”
“boleh aja. Siapa takut? Sini duduk di pangkuan ku”

Ochi yang saat ini memakai kaos hello kitty berwarna pink, mulai beranjak dari bawah menuju pangkuan ku. Kami berciuman. Tangan kiri Ochi masih memegang erat kontolku sambil di kocok perlahan di sela pangkuan. Aku kulum bibir atas dan bibir bawah, kemudian dia menjulurkan lidah keluar dan ku sambut dengan mengulum lidahnya. Manis.
Baru satu hari datang ke kota ini, berkah langsung datang hari itu juga. Bidadari cantik duduk dipangkuan ku sambil mengulum bibir bersama. Ciuman ku alihkan ke leher jenjang Ochi, rambutnya yang panjang se dada, aku sibak ke belakang punggung dan memudahkan ku untuk mencium lehernya. Perlahan sembari aku kecup pelan, aku hirup aroma tubuh Ochi. Aroma khas anak muda yang selalu wangi.

“ngghhh ka fer.. geliii...uuhhh”

Tangan kiri ku mulai nakal. Mencoba meraba dada nya. Tak ada penolakan. Yang ada hanya Ochi membusungkan dada nya lebih ke depan. Tangan kanan ku tanggap, masuk lewat celah belakang dan membuka kaitan bra.

“Ochi, kaos nya aku buka ya.”
“iya ka”

Kaos pink Ochi aku angkat ke atas, terlepas dari tubuh yang mulus nya. Bra nya masih menggantung longgar. Kemudian aku tarik ke atas pula sampai bra nya juga terpisah dari tubuh mulus Ochi. Ochi yang malu, seketika menutup kedua dada nya

“Malu ka”
“belum pernah ada orang lain yang liat ya?”
“huuh.”
“Buka ya, aku mau liat.”

Perlahan Ochi mulai menggeser kedua telapak tangannya yang menutupi dua buah dada yang amazingly beautiful.
Oh my, guys kalian tau apa kelebihan seorang amoy? They have a beautiful nipples with pink around. Ochi punya segala keindahan yang dapat dipandang mata ini. Aku pun terpana melihat kedua buah dada membusung indah, padat, tidak turun sama sekali, ukuran pas untuk tubuh Ochi yang cukup mungil.

“ka fer, Ochi malu atuh diliatin terus”
“Boleh aku pegang Chi?”
“boleh ka, pelan-pelan ya. Belum pernah dipegang siapapun soalnya.”
“loh katanya mantan kamu grepe-grepe”
“itu kan dari luar ka, ini kan langsung. Cepet ihh mau dipegang apa ngga?”
“hehe iya deh iyaa. Nikmatin ya Chi.”
“huum...”

Sempurna. Tak ada kata lain yang dapat menggambarkan kedua buah dada yang terpampang jelas di depan kedua mata ku. Aku pun langsung memberikan rangsangan perlahan kepada kedua dadanya. Tangan kanan meremas pelan dada sebelah kiri, dan kecup demi kecupan bibir ku daratkan di dada sebelah kanan.

“ngghhhh ka fer.....”

Sengaja aku tak langsung menyerang puting Ochi. Bagi mereka, wanita yang baru pertama kali melakukan, jangan sampai kita langsung mendaratkan sebuah rangsangan puncak. Biarkan gairahnya terkumpul memuncak, pada saat itu lah kita baru menyerang. Itu aku praktekan ke Ochi. Kecup demi kecup aku arahkan ke sekeliling puting dada sebelah kanan Ochi, refleks dia pun mengarahkan puting nya ke arah bibir ku agar tersentuh. Tetapi dengan cepat aku menghindar.

“uuhhhh.. ka feeeerrrr...”

Jurus foreplay berikutnya pun aku keluarkan. Sedikit kecupan sedikit jilatan lidah tanpa mengenai puting. Tentu saja Ochi seperti cacing kepanasan.

“ka feeerrrr. Ayooo dooong. Uuhhhhh”
“ayo apa Ochi sayang..”
“jilatin puting Ochi ka fer... uuuhhh please”

Tengkuk belakang Ochi mulai berkeringat, itu pertanda dia sudah dalam keadaan puncak birahi. Tak perlu lama, berikutnya serangan mendadak aku berikan pada kedua puting Ochi. Kiri aku cubit dengan kedua jari, dan kanan aku sedot dengan kuat. Hasilnya....

“AUUUUUUHHHHHHHHHH KA FEEEEEERRRRRRRRRRRR.... aaaaahhhh aduuuhhh Ochi mau pipis kaaaahhh... ooooohhhhh aaaakkkkkkkhhhhhhh”

Jeritan tertahan Ochi, menandakan orgasme pertama nya malam ini.

“enak sayang?”
“uhhh nngghhh huuhhh enak banget kaaaa... huuffttt”
“atur napas kamu dulu ya. Sampe kelojotan gitu”
“ihh atuh enak ka gimana dong. Hihihi”
“Mau lagi?”
“Mau sih ka. Tapi kapan-kapan ya. Ochi cape. Lemes bgt.”
“ohh ya udah. Hehe tapi Ochi mau bantuin aku ga?”
“Bantuin apa ka fer?”
“ini nih. Belum keluar. Hehehe”
“Ihhhh maaf ka fer. Dari tadi kontol ka fer dianggurin. Sini biar Ochi kocokin”
“Iyah..”

Ochi pun turun dari pangkuan ku. Dipegangnya kontol ku dan mulai dikocok nya perlahan. Nikmat banget.

“uuhhh Ochiii. Enak bangett.”
“seginimah belum ka fer, nih yang lebih nikmat buat ka fer”

Tanpa aku sadari, dia langsung mengulum batang kontolku.

“oooohhh shiiittt. Ochiiii. Enak bangeeetttt. Ooohhhhh”
“nikhmkn ahaaa haa prrrr (nikmatin aja ka fer)”
“huuuhhh. Uhhh ohhhhh...”

Kini Ochi mempercepat kulumannya. Naik turun. Seirama dengan kocokan tangan kanan nya. Lembut, hangat, basah.

“uuuhhh ohhhhhh Ohhhchiiiii mmmhhhhh huuuhhhhh dikit lagi aku keluarrrhh nngghhhh”

Mendengar desahan ku, Ochi malah makin mempercepat kocokan dan kuluman nya

“Ohhhh ochiii awasss aku mau keluaaarrrr... ooohhhhhhhhhhhhh”

*croottt crootttt croooottt*

Aku rasakan beberapa kali menembak mulut Ochi. Ya, aku keluar di dalam mulut mungil Ochi. Dia menikmati seluruh cairan sperma ku. Ada sedikit sperma yang mengalir dari sudut bibir nya. Aku tahu dia telah menelan seluruh sperma yang masuk ke dalam mulutnya. Kemudian dia pun membersihkan sperma dengan menjilat seluruh batang kontol ku dari kepala sampai pangkal batang.

“Ochii.. uhhh ko di telen? Kamu ga jijik?”
“ngga ko ka fer, enak asin ternyata. Sperma ka fer nikmat deh. Tapi agak lengket nih di tenggorokan. Bagi minum ya ka fer.”
“iyahh itu ambil aja. Kamu sebelumnya pernah?”
“pernah apa ka?”
“telen sperma..”
“ohh, belum ka. Baru kali ini. Sama mantan Ochi Cuma keluar di tisu. Paling-paling dia minta keluar di muka sekali. Terus Ochi ga mau lagi. Lengket. Sedikit waktu itu kerasa pas jatoh di deket bibir, asin. Agak aneh. Tapi Ochi penasaran. Baru sekarang deh ngerasain”
“ohh gitu..”
“hehe lemes ya ka fer? Enaakk?”
“enak bangettt..”

Ochi memakai baju nya, bra nya ditenteng begitu saja. Mungkin dia ingin istirahat jadi tidak memakai bra.

“ya udah Ochi balik ke kamar dulu ya ka. Kapan-kapan mau lagi kan ka?”
“yehh ga tebalik tuh yang nanya, biasanya kan cowo yang nanya.”
“abisnya ka fer ngasih Ochi kenikmatan sih tadi”
“hahaha iya deh. Siapa sih yang ga mau ngasih kenikmatan ke bidadari yang turun dari surga?”
“huuu gombal dehh..”
“hehehe tapi aku ga jamin loh kalo Cuma ngasih yang kaya tadi doang”
“Jadi mau ngasih lebih nih? Oke. Siapa takut?! Ya udah Ochi ke kamar dulu ya ka.”
“Oke deh. Mimpi indah ya Ochi.”
“Ka fer juga mimpi indah. Mimpiin Ochi kalau bisa”
“waduh, bakal mimpi basah dong kalo mimpiin Ochi”
“Huu mau nya ka fer itu mah. Hehehe”

Kecupan aku berikan di kening Ochi. Mengantar dia di malam yang sunyi. Di sebuah kosan yang belum genap satu hari aku tempati. Bertemu dengan gadis impian semua lelaki. Ntah apa yang akan kami lakukan selanjutnya. Petualangan kami, masih berlanjut.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik