Bercinta Dengan Perawan III
Mbak...... kok melamun?" bisikan Shanti menyadarkan lamunan Tuti.
Wajahnya dekat sekali dengan Shanti dan gadis itu rupanya menanti dari
tadi. Tuti tertawa geli lalu tiba-tiba ia memangut bibir Shanti dan
melumatnya. Shanti terengah-engah
membalas lumatan gadis itu. Ia merasa tangan Tuti mengelus-elus buah
dadanya dan ia pun membalas, ia meremas-remas tetek Tuti dengan gemas
dan membuat wanita itu merintih-rintih, tak dibutuhkan waktu lama untuk
membuat mereka berdua berbugil ria dalam pergumulan panas. Shanti tidak
tahu bahwa dilangit-langit kamar ada sebuah bintik hitam sebesar uang
logam. Dan semua kejadian dikamar itu dapat disaksikan dari lantai dua
rumah itu. Diruang kerja Rahman! Dan sekarang Rahman sedang menahan
napas memandang kearah layar besar didalam ruang kerjanya. Tubuhnya
tegang dan dirasakan daging dicelananya membengkak. Ia bisa melihat Tuti
melucuti pakaian Shanti dan ia bisa melihat bagaimana wanita itu
menggerayangi tubuh Shanti dengan penuh nafsu.
Rahman
tersengal-sengal menahan nafsu, ia melihat Shanti memangut tetek Tuti
dan menyedotnya seperti bayi, dan Tuti dengan kalap menyuruk
keselangkangan Shanti dan mulai menggumuli memek gadis itu dengan
mulutnya. Rahman tak kuasa menahannya, ia juga ingin merasakan bau memek
gadis itu dan bagaimana lendir gadis itu lumer dalam mulutnya, lendir
perawan! Ia mengendap-endap turun dan menghampiri kamar Shanti, ruangan
sepi sekali dan dibukanya pintu itu, dilihatnya wajah Shanti sedang
ditindih oleh bagian bawah tubuh Tuti dan Tuti asyik menjilat-jilat
memek Shanti, Rahman dapat melihat dengan jelas bagian dalam memek gadis
itu yang kemerahan dan berkilat karena lendir. Ia merangkak masuk dan
dengan sebelah tangannya ia mengambil celana dalam Shanti yang
tergeletak diujung ranjang. Rahman membawa benda itu kewajahnya dan
menciumnya, oohh.... nikmat sekali baunya, bau pesing bercampur dengan
bau khas memek seperti punya Tuti, Rahman menjilat bercak kuning
dicelana dalam itu dan merasakan rasa asin, ia menjilat terus sampai
bercak itu menjadi licin dan berubah menjadi lendir. Tapi ia takut
ketahuan, ia segera melemparkan benda itu dan merangkak mundur keluar
dari ruangan. Semuanya dilakukan tanpa mereka mengetahuinya, Rahman
berdebar-debar membayangkan kapan Tuti dan Shanti akan siap melayaninya
bersama-sama.
"Aduh mbaakk, aku keluar lagi mbak.... aduh
duh....." Shanti berkelojotan, memeknya terangkat dan menekan-nekan
wajah Tuti, Tuti tidak mau kalah dan mengulek memeknya dengan goyangan
yang membuatnya merasa hendak kencing.
"Shaan.... mati aku Shan...
ooohh.... terus Shan, terus!" desah Tuti dan Shanti mempercepat tusukan
lidahnya dalam memek Tuti, ia menghujamkan mulutnya dan lidahnya
menjulur dalam sekali, berkelana disekitar dinding memek wanita itu dan
Shanti merasakan cairan masuk kedalam mulutnya dengan mudah, Shanti
tidak perduli bahwa itu adalah air kencing yang keluar sedikit dari
memek Tuti karena gadis itu membuatnya seperti gila dan entah mengapa ia
merasa ingin kencing terus setiap Shanti menjalarkan lidahnya didalam
memeknya.
Tuti merasa pinggangnya nyeri karena menahan nikmat
yang membuatnya tanpa sadar meliuk-liuk seperti ular, apalagi
dirasakannya lubang anusnya ditusuk-tusuk juga oleh jari-jemari gadis
itu, ternyata gadis itu sekarang pandai sekali memuaskan dirinya. Tuti
juga tidak mau kalah dan ia membuat Shanti berguling sehingga gadis itu
sekarang yang berada diatasnya dan dengan leluasa Tuti menjilati cairan
bening yang jatuh dari liang memek Shanti, cairan lengket dan hangat
terasa asin itulah yang selalu dirindukan Tuti. Enak bukan main rasanya
dan Tuti seperti gila menghisap lubang memek gadis itu, lidahnya dengan
kaku memasuk kedalam memek Shanti dan membuat gadis itu mengerang,
kadang malah Shanti tersentak kesakitan karena lidah Tuti masuk terlalu
dalam dan Tuti cepat-cepat mengeluarkan lidahnya, ia lupa bahwa gadis
itu masih perawan dan ia ingin Rahman yang memerawani gadis ini, kalau
bisa nanti malam.
"Mbakhh.... aah... enak sekali mbak....
aaaaa.... keluar lagi mbak...... aduuuuhhh" Shanti mengerang panjang dan
Tuti merasakan cairan bening makin banyak masuk kedalam mulutnya. Tuti
menggosok-gosokkan hidungnya di lubang anus Shanti, ia merasa terangsang
sekali melihat liang itu dan dijilatinya lubang anus Shanti, Tuti
memasukkan jari telunjuknya, membuat Shanti mengerang lagi. Lalu
dikocok-kocoknya telunjuk itu di dalam anus Shanti. Gadis itu
tersentak-sentak sambil merintih, Shanti merasa mulas tapi ada perasaan
nikmatnya juga. Ia mengejan agar jari Tuti lebih mudah masuk kedalam
anusnya, Shanti merasa enak sekali dan ia merasa memeknya banjir besar.
Sedangkan Tuti dengan lahap menjilati lubang anus Shanti dan bahkan ia
menjilati jarinya yang baru keluar dari dalam anus Shanti, ia mencium
bau yang baginya enak sekali dan ia menghisap jari itu.
Shanti
melakukan hal serupa, ia memasukkan jarinya dan buat Tuti yang sudah
terbiasa, kocokkan jari-jari Shanti di dalam anusnya membuatnya orgasme.
Apalagi Shanti dengan tanpa jijik menjilat anusnya dan menusuk-nusuk
lubang itu dengan lidahnya, Tuti merasakan kenikmatan yang membuat
tubuhnya panas dan gemetar. Dengan rintihan panjang Tuti mencapai
orgasme lagi dan terkulai lemas. Shanti juga lemas diatas tubuh Tuti.
Mereka merasa rindu mereka telah terobati sementara dan Shanti diam-diam
memohon agar kejadian seperti ini terus akan terjadi, ia tak ingin
kehilangan Tuti lagi, ia tak akan kuasa hidup tanpa wanita yang dapat
membuatnya merasakan kenikmatan seperti ini. Shanti menyusukkan
kepalanya disela-sela ketiak Tuti, ia sangat merindukan kejadian seperti
ini dimana ia merasa terlindungi dan Shanti sangat suka sekali bau
ketiak Tuti yang sedang berkeringat dan dengan bernafsu Shanti menjilati
keringat yang membasahi bulu-bulu ketiak wanita itu. Shanti mengendus
dalam dan menikmati bau khas yang sangat disukainnya, bau khas ketiak
wanita kampung, tapi baginya bau ketiak Tuti sungguh merangsang.
Tuti cekikikan kegelian karena jilatan lidah Shanti tapi ia merasa
nafsunya bangkit kembali. Tuti memandang lidah Shanti membelai ketiaknya
dan menjilati keringatnya dengan lahap, ia terangsang sekali melihat
bagaimana gadis itu menghisap-hisap bulu ketiaknya yang lebat, seperti
dikeramas saja, pikirnya. Tuti menarik wajah Shanti dan melumat
mulutnya, dirasakan bau ketiaknya ada dimulut Shanti dan Tuti melumat
habis mulut Shanti, gadis itu pasrah membiarkan lidah Tuti menjalar dan
menyelusup kemana suka. Ia merasa jari-jari Tuti mengocok-ngocok didalam
liang memeknya dan memeknya licin sekali karena banjir, wanita itu
tidak menusuk terlalu dalam dan Shanti merasa nyaman sekali. Tuti
membawa jari-jarinya yang berlumuran lendir itu kemulutnya dan kemulut
Shanti dan mereka menjilati lendir itu dengan lahap seolah-olah itu
adalah tajin yang biasa dimakan bayi. Mereka saling berpelukan dengan
mesra dan terlelap dalam rengkuhan kenikmatan.
Ketika bangun,
hari sudah senja dan mereka mandi sama-sama dalam kamar Shanti. Tuti
mengangumi tubuh Shanti yang benar-benar sedang ranum, matang dan sangat
indah, semuanya mulus tanpa cacat. Bulu kemaluannya yang halus, buah
dadanya dengan puting merah muda sangat kontras dengan tubuhnya.
Tubuhnya sendiri memang masih padat dan serba kencang, tapi ia tak dapat
menghindari kegemukan di perutnya, padahal ia sudah senam mati-matian,
mungkin inilah karena umur, pikirnya. Sebaliknya Shanti sangat iri
melihat tetek Tuti yang begitu besar dan kenyal, walaupun puting susunya
juga besar dan kehitaman tapi Shanti tahu banyak sekali laki-laki
dikampungnya yang tergila-gila ingin menikmati tubuh Tuti.
"Mbak teteknya besar sekali, kapan aku bisa punya tetek sebesar itu?" Kata Shanti, Tuti tertawa terkekeh-kekeh.
"Ini dulu salah urus, sebenarnya tetekku dulu tidak sebesar ini, tapi
ada gara-gara digosok dengan minyak bulus jadi gede kayak gini" Jawab
Tuti. Ia tak memberitahu Shanti bahwa dulu germonyalah yang menyuruhnya
menggosok teteknya dengan minyak itu.
"Memang bisa?"
"Entahlah, tapi kupikir gara-gara itu sih" mereka terkikik.
"Selesai mandi nanti kita kekamarku yuk" ajak Tuti.
"Ah nanti ada suami mbak" jawab Shanti.
"Ah mungkin dia pulang malam hari ini" jawab Tuti. Ia tak mau Shanti mengetahui rencananya.
"Wah kamar mbak hebat sekali!" seru Shanti kagum melihat kemewahan
kamar Tuti. Tuti tertawa dan mengajak gadis itu duduk diatas ranjang
besar.
"Heh kamu mau nonton film?" tanya Tuti. Shanti menggeleng.
"Film?"
"Iya film yang hebat deh" kata Tuti lalu berjalan ke lemari TV yang
terletak pas dikaki ranjang. Tuti memasukkan sesuatu ke dalam kotak alat
dan kembali duduk bersama Shanti. Ia memeluk Shanti dan gadis itu
membalas pelukannya. Tiba-tiba Shanti melotot ketika melihat adegan
dalam film itu. Ia melihat dua wanita sedang disetubuhi oleh beberapa
lelaki. Ia melihat kedua wanita itu sedang disetubuhi sambil menghisap
kontol pria lainnya. Shanti menahan napas, jantungnya berdebar kencang,
tubuhnya meriang dan hangat. Tuti merasa gadis itu gemetar.
"Lho.... kok.. kok.... ih mbak! Idiihh besar sekali mbak!" desis Shanti. Tuti diam.
"Jijik mbak.... aduh jijik sekali!" seru gadis itu tatkala melihat
salah seorang pria itu menyemprotkan air mani kedalam mulut sang wanita
dan wanita itu dengan lahap menjilatnya sambil merengek-rengek manja.
Shanti teringat malam jahanamnya dengan Pak Mohan, ternyata ada wanita
yang suka sekali dengan itu.
"Oh enak sekali Shan, wah rasanya luar
biasa!" kata Tuti. Ia membelai tengkuk Shanti. Shanti bergidik melihat
wanita itu kembali menjilati kontol yang baru keluar dari memeknya dan
kontol itu dengan ganas menyemburkan cairan kental kedalam mulutnya
lagi.
"Aduuhh... geli amat. Kok mau sih..." Suara Shanti
bergetar, diam-diam ia merasa ada perasaan aneh merambati tubuhnya. Ia
merasa berahinya naik dengan cepat, apalagi Tuti membelai-belai
tengkuknya.
"Mbak! Gila ihhh!" Shanti melotot melihat laki-laki
lain menusuk lubang pantat wanita itu dan laki-laki lainnya lagi
menusuk dari bawah dan dimulut wanita itu tetap tertusuk sebuah kontol
hitam. Semua lubang ditubuh wanita itu telah terisi.
"Wah itu yang
paling enak Shan, kamu harusnya merasakan bagaimana memek kamu dimasuki
kontol Shan... enaknya luar biasa!" Desis Tuti. Wanita itu juga merasa
terangsang. Ia melirik ke pintu yang dibiarkan tidak terkunci. Di
televisi terlihat adegan dua wanita itu saling memangut kontol hitam dan
mereka saling menjilat dan menyuapi satu sama lain. Shanti mendesah, ia
merasa meriang sekali dan memeknya banjir besar, Shanti merasa
terangsang bukan main melihat bagaimana kedua wanita itu saling membagi
air mani laki-laki itu dan laki-laki itu bergantian memompa mulut
wanita-wanita itu.
"Mbaakk..... aduh mbak..... nggak tahan aku" Bisik Shanti manja sambil menatap Tuti. Tuti melumat bibir gadis itu.
"Nafsu yaaa....?" Bisiknya. Shanti mengangguk lalu menyurukkan wajahnya ke ketiak Tuti lagi.
Tiba-tiba pintu terbuka dan..... "Wah ada tamu nih?" Suara besar dan
berat menyengat Shanti. Ia melompat berdiri dan membenahi roknya yang
tersingkap. Tuti tersenyum manis pada laki-laki itu.
"Oh mas,
lho kok sudah pulang? Ini kenalkan keponakanku Shanti" Kata Tuti sambil
mendorong Shanti mendekat kepada laki-laki tinggi besar itu. Laki-laki
yang bertampang seram dengan brewok diwajahnya.
"Ini suamiku Shan, kamu panggil saja Oom Rahman" Kata Tuti.
"Oh Haloo! Wah aku tidak menyangka keponakan kamu cantik begini" Kata
Rahman sambil menjabat tangan Shanti. Shanti tersipu menundukkan
wajahnya. Rahman duduk diatas ranjang dan membuka sepatunya, matanya
menatap televisi.
"Lho kok putar film begitu?" Tanyanya berpura-pura. Tuti tersenyum, Shanti tidak berani memandang, ia malu bukan main.
"Ya iseng saja, lagian aku ingin kasih tahu Shanti bagaimana punya
laki-laki itu lho!" Kata Tuti manja sambil membantu melepaskan dasi
Rahman.
"Mbaakk...." Shanti melotot.
"Lho? Nggak
apa-apa kok Shan. Mas Rahman orangnya sangat terbuka kok. Lagian kami
sudah biasa dengan adegan-adegan seperti di film itu" kata Tuti sambil
menarik Shanti supaya mendekat. Kemudian ia memeluk Shanti dan mencium
mulutnya. Shanti merasa malu dengan perlakuan Tuti tapi ia juga tak
ingin menghindar, ia takut Tuti marah. Malah sekarang Tuti meremas buah
dadanya dengan perlahan.
"Mbaaakk... malu ah" rengek Shanti.
"Ah tidak apa-apa kok Shan, oom sudah biasa kok" kata Rahman sambil
menelan ludah. Ia merasa lidahnya kaku dan sepertinya ia sudah merasakan
cairan memek Shanti lumer dimulutnya. Lalu Tuti membuka celana Rahman
dan sekaligus memelorotkan celana dalamnya, maka meloncat keluar kontol
yang sudah agak tegang. Shanti menutup mulutnya melihat kontol yang
lumayan besar dan panjang itu. Wajahnya bersemu merah, ia tidak dapat
berkata apa karena malu, ia ingin lari tapi ia takut Tuti tersinggung.
"Nih lihat ini Shan. Ini yang namanya kontol enak? bisik Tuti sambil
mengocok pelan kontol Rahman dan Shanti bisa melihat ada lendir bening
di kepala kontol itu seperti lendir memeknya. Lalu ia terbelalak melihat
Tuti dengan lahap mengulum kontol itu, bahkan Shanti bingung melihat
kontol itu lenyap dalam mulut Tuti. Dan Rahman mendengus-dengus sambil
memompanya dalam mulut wanita itu. Shanti gemetar menyaksikan
pemandangan yang tidak pernah dibayangkannya. Sungguh mengerikan,
pikirnya. Apakah begitu enaknya sampai Tuti mau menghisap kontol itu
demikian dengan lahapnya?
"Mau cobain Shan? Enak banget...."
Tuti menarik gadis itu supaya berlutut juga. Rahman berdiri dan
tersenyum pada Shanti. Ia menyodorkan kontolnya yang sudah agak keras
itu. Tuti mengambil tangan Shanti dan dipaksanya tangan itu menjamah
kontol suaminya. Shanti berusaha menahan tangannya dengan setengah hati.
Ia bingung dan gundah, ia merasa memeknya seperti hendak meledak karena
berahi yang memuncak tapi ia juga malu dan ia tak ingin berselingkuh
dengan suami Tuti, tapi sekarang malah Tuti memaksanya menjamah daging
yang seperti dodol itu.
"Nggak apa-apa Shan, suamiku milik kamu
juga kok...." bisik Tuti. Kemudian Shanti merasakan daging itu
ditangannya, lumayan besar dan kenyal, ada lendir bening keluar dari
ujung kontol Rahman, dan Tuti mengusap lendir itu dan memasukkannya ke
mulut Shanti, Shanti merasa jijik, tapi ia hanya merasakan asin seperti
pejuh Pak Mohan. Lalu Tuti mendekatkan mulut Shanti sambil menekan
kepalanya supaya mendekati kontol Rahman. Dan entah bagaimana Shanti
pasrah saja ketika kontol itu sudah dalam mulutnya dan bergerak maju
mundur. Shanti merasa daging itu hangat dalam mulutnya dan memang kalau
dirasa-rasakan enak sekali, seperti mengemut es krim tapi tidak dingin
melainkan hangat, hanya sesekali lidahnya merasakan asinnya lendir yang
jatuh dalam mulutnya. Tuti juga ikut mengemut kontol Rahman dan sesekali
kedua wanita itu saling melumat dan meremas.
"Mmhhh.... enak
sekali mas..... ayo... cepat keluarkan.... aku sudah tak tahan lagi
mas!" Desah Tuti, tangannya dan tangan Shanti berebut mengocok kontol
Rahman. Bola mata Rahman terbalik dan mulutnya meleguh nikmat seperti
kerbau. Kontolnya sungguh keras bukan main dalam maianan kedua perempuan
itu. Ia merasakan bagaimanapun jilatan dan kocokan Tuti jauh lebih luar
biasa daripada Shanti. Memang ia tak salah memilih gundik, Tuti memang
sungguh luar biasa. Dan Rahman menyadari selama ini ia belum pernah bisa
tahan lebih dari 3 menit kalau Tuti sudah mengeluarkan keahlian mulut
dan tangannya, apalagi kalau kontolnya sudah dalam cengkraman memek
wanita itu, maka tak ayal lagi ia akan menyerah sebelum hitungan kedua
puluh, padahal dengan isteri tuanya ia tidak pernah bisa keluar dan
benar-benar tidak pernah bisa ejakulasi! Walau bagaimanapun sang isteri
melayaninya tetap saja ia tidak dapat puas, bahkan kadang-kadang
kontolnya menciut kembali sehingga harus dirangsang lagi. Tapi kalau
dengan Tuti, dipegang sebentar saja kontolnya sudah seperti paku baja,
terus digoyang sebentar saja, kontolnya sudah meletuskan lahar panasnya,
tapi Tuti dapat dengan cepat membangunkan kembali meriamnya walaupun
baru meledak. Rahman bersyukur dengan Tuti, ia tak merasa sayang
sedikitpun mengeluarkan uang luar biasa besarnya untuk membuat wanita
itu mencintainya.
"Oouughhhh...... aku.... aku... mau keluar
sayyy!!!" seru Rahman sambil berkelojotan. Kontolnya dikemot oleh Tuti
sedemikian rupa sehingga membuat seluruh otot tubuhnya ngilu menahan
gelombang nikmat yang akan segera melanda. Tuti mengeluarkan kontol
Rahman dan segera dimasukkannya ke dalam mulut Shanti, gadis itu
membiarkan kontol itu menerobos masuk kedalam mulutnya dan ia
mengocoknya dengan bibirnya, lidahnya berusaha menjilat kontol yang
keluar masuk dalam mulutnya itu. Sementara Tuti mengemuti pelir Rahman
dengan keahliannya, tiba-tiba Rahman mengeluarkan leguhan keras,
tubuhnya kaku dan wajahnya tegang bukan main, mulutnya ternganga
sedangkan matanya terbelalak dan berputar ketika kontolnya menyemburkan
cairan pejuh panas ke dalam mulut Shanti, tubuhnya kejang dan ia
membiarkan kontolnya diam dalam mulut gadis itu, Tuti dengan sigap
mengurut dan mengocok batang kontolnya, biasanya Tuti akan terus
mengocok kontol itu dengan mulutnya sampai Rahman berkelojotan seperti
orang sekarat, tapi ia tahu Shanti baru pertama kali dan belum tahu
bagaimana membuat seorang laki-laki mengalami ejakulasi dashyat yang
dapat membuatnya mati kaku. Jadi Tuti membantu dengan mengurut batang
kontol Rahman dan membuat laki-laki itu menggeram dashyat seperti singa.
Shanti merasa mulutnya penuh dengan cairan lengket, ia tak ingin
menelannya jadi ia mengeluarkan dari sela-sela bibirnya walaupun ia tahu
sebagian sudah tersembur masuk ke dalam kerongkongannya. Jantungnya
berdebar melihat Tuti dengan lahap menjilati setiap lelehan pejuh yang
keluar dari mulutnya.
"Telan Shan........ enak kok........
mmhhh........ sllrrpp........ mmmmhhhh......." Tuti menjilati cairan
kental keputihan itu. Dan Tuti dengan cepat menelanjangi Shanti,
sehingga Shanti benar-benar berlutut tanpa selembar benangpun ditubuhnya
dan wanita itu juga sudah telanjang bulat dan bahkan kini Tuti berdiri
dan menyodorkan memeknya pada Shanti. Shanti hendak berpindah menggumuli
memek Tuti tapi Rahman masih membiarkan kontolnya dalam mulut gadis
itu. Shanti mengeluarkan kontol Rahman dan menjilati pejuh yang menempel
disana, ia mengemut kontol Rahman, sekarang ia merasa suka dengan
rasanya, ternyata untuk menjadi biasa cepat sekali apalagi kalau memang
ternyata enak.
Memek Tuti digesek-gesek di wajah Shanti dan
Shanti menyelipkan hidungnya di memek Tuti serta mengendusnya, hhhmmmm
nikmat sekali baunya, pikir Shanti. Ia menjulurkan lidahnya dan
mengorek-ngorek liang memek Tuti yang sudah licin dan banjir. Tangan
kanan Shanti sibuk mengocok kontol Rahman, tapi kontol itu lemas tidak
bangun kembali. Rahman meringis kesakitan karena kocokan Shanti yang
tidak berpengalaman, mulutnya sedang dilumat oleh Tuti, ia tidak mau
melepaskan lumatan Tuti hanya untuk meringis, karena semua yang
diberikan Tuti padanya adalah istimewa, dan belum pernah seumur hidupnya
Rahman mendapatkan wanita seperti Tuti.
Pelan-pelan mereka
beringsut dan akhirnya mereka bertiga bergumul di ranjang. Rahman sibuk
melumat mulut Shanti, ternyata gadis itu masih tidak berpengalaman sama
sekali, lumatan bibirnya masih jauh dibanding Tuti. Tapi kontolnya sudah
tegang seperti baja kembali karena Tuti yang mengocoknya.
"Mau
cobain rasanya memek Shanti mas?" desis Tuti. Rahman mengangguk, ia
mengidam-idamkannya dan dari tadi sore serta ia juga memimpikannya. Tuti
menyuruh Shanti memberikan memeknya tapi Shanti malu, Tuti menariknya
sehingga pelan-pelan Shanti bergeser sampai tubuhnya di atas Rahman dan
ia menungging diatas wajah Rahman. Tuti mendorong pantat Shanti supaya
turun dan pelan-pelan Shanti menurunkan pantatnya, tiba-tiba ia
mengerang ketika lidah kasar Rahman dan berewoknya menyapu memeknya yang
sempit menimbulkan sensasi yang tidak terkirakan nikmatnya. Shanti
merasa orgasme padahal belum diapa-apakan. Sekarang ia meliuk-liuk
seperti penari ular ketika lidah Rahman menjelajahi bibir memeknya dan
menyapu itilnya dengan kasar. Geli dan nikmat bukan main.
Tuti
melihat lendir memek Shanti berjatuhan seperti tirai air terjun dan ia
bersama Rahman menjilati lendir itu, sesekali ia meludah kedalam mulut
Rahman dan laki-laki itu segera menikmati air liurnya. Tuti menjilati
liang anus Shanti dari atas dan lidahnya menusuk-nusuk lubang itu dengan
ganas. Shanti mengerang, merintih, menjerit histeris karena gelombang
orgasme melandanya tanpa ampun membuat perutnya mulas serta membuatnya
ingin kencing. Shanti merasakan memeknya benar-benar disedot oleh Rahman
sehingga mengeluarkan suara keras, lalu ia merasa air kencingnya keluar
sedikit, ia malu dan berharap Rahman tidak menyadarinya. Tapi Rahman
tahu, Tuti pun tahu bahwa Shanti sampai terkencing-kencing saking
nikmatnya.
Bersambung . .
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar