Berpacu Dalam Nafsu V
Tak lama
kemudian ketika Pak Reza sedang keras kerasnya menyodokku, kembali aku
dibuat iri pada Lisa saat Pak Edwin dan Andi bertukar tempat, Lisa sudah
mendapat kocokan Andi untuk kedua kalinya, kepalanya mendongak dan
tubuhnya menggeliat ketika Andi memasukkan kembali penisnya tapi tak
lama setelah itu dia sudah mulai mengulum penis Pak Edwin. Pak Reza
kembali meremas remas buah dada Lisa sambil mengocokku tapi Andi tak mau
melakukan hal itu padaku, dia tetap serius mengocok Lisa sampai
berulang kali dia menggeliat ketika Andi mengocoknya dengan keras. "Lisa
sudah mendapatkan tiga penis, di mulut maupun vagina, tapi aku baru
dua, itupun kurang memuaskanku" teriak batinku.
Kupandangi
wajah Andi ketika mengocok Lisa begitu ganteng dan cool, expresinya
tidak berubah seperti biasa saja kecuali keringatnya yang menetes
membasahi tubuhnya yang atletis itu sehingga makin sexy. Belum sekalipun
Andi menyentuhku, entah dia mau menghukumku atau karena segan, aku tak
tahu.
Kuhibur diriku dengan berkonsentrasi pada kocokan Pak
Reza, aku tak mau tersiksa terlalu lama mengharapkan Andi, maka
kugerakkan pinggangku mengimbangi Pak Reza dan hasilnya sungguh luar
biasa, dia bergerak semakin liar dan akhirnya tak bisa bertahan lama,
maka menyemprotlah spermanya ke vaginaku dengan kencangnya, kurasakan
denyutan yang keras dari penisnya di dalam vaginaku seakan menghantam
dinding rahimku. Bersamaan dengan semprotan Pak Reza, ternyata Pak
Edwinpun menyemprotkan spermanya di muka Lisa, sperma itu menyemprot
kemana mana baik di mulut, wajah dan sebagian ke rambutnya.
Pak
Reza menarik penisnya yang sudah lemas begitupun dengan Pak Edwin, aku
belum mencapai orgasme, hanya satu penis yang masih berdiri yaitu Andi,
akhirnya aku harus mengalahkan gengsiku yang dari tadi mencegahku.
Kuhampiri Andi yang sedang menyocok Lisa, dari belakang kupeluk dia
hingga tubuh telanjangku menempel di punggungnya, keringat kami menyatu,
aku elus dadanya yang bidang berbulu. Sesaat dia menghentikan
gerakannya tapi kemudian dilanjutkan kembali dengan lebih keras.
Merasa belum mendapat respon darinya, aku bergeser ke depan, kujilati
puting dadanya sambil mengelus kantung bolanya, Andi masih tetap tak mau
menyentuhku malah makin cepat mengocok Lisa, maka kupegang tangannya
dan kuletakkan di buah dadaku, kugosok gosokkan, barulah dia mulai
merespon dengan remasan halus tanpa berhenti mengocok Lisa, lalu kucium
bibirnya, tanpa kuduga dia langsung memegang kepalaku dan diciumnya
bibirku dengan penuh gairah, full of passion, seperti orang melepas
rindu berat, mungkin dari tadi Andi memang menginginkanku tapi tidak
berani.
Ciuman pada bibirku yang penuh nafsu tak menghentikan
kocokan pada Lisa, lalu turun ke leherku sebagai sasaran selanjutnya dan
berhenti di kedua putingku.
Dengan penuh nafsu dan dengan liarnya
dia mengulum, menjilat, menyedot dan meremas remas puting dan buah
dadaku. Ouuhh aku menggeliat dalam kenikmatan yang indah.
Konsentrasiku terganggu ketika kudengar teriakan dari Lisa yang sedang
mencapai kenikmatatan tertinggi, dia mengalami orgasme dengan hebatnya,
terlihat badannya bergetar hebat dan kepalanya digoyang goyangkan
seperti orang yang kesetanan, beberapa detik kemudian tubuhnya melemas
di atas kursi dengan napas terputus putus. Bersamaan dengan ditariknya
penis dari vagina Lisa, dia mendorong tubuhku ke bawah lalu
disodorkannya penis besar itu ke wajahku, agak ragu sejenak tapi
kemudian tanpa membuang waktu lebih lama kukulum juga penis anak buah
kepercayaanku itu, seperti dugaanku ternyata aku tak mampu mengulum
penis itu semuanya, lalu kukocok pelan, aroma dari vagina Lisa tercium
olehku tapi tak kupedulikan, Andi memegang kepalaku dan mengocokkan
penisnya di mulutku dengan liar, hampir aku tak bisa bernafas.
Lisa sudah duduk di antara Pak Edwin dan Pak Reza, kemudian Andi
memintaku duduk di kursi, dipegangnya kedua kakiku dan dipentangkannya,
kuraih penis besar yang dari tadi kuimpikan, kusapukan di bibir vaginaku
dan kuarahkan masuk, ternyata Andi tak mau terlalu lama bermain main di
luar, dengan keras di sodoknya penis besar itu masuk ke vaginaku.
"OOUUGGHHh" teriakku spontan lalu kututupi mulutku dengan tangan sambil melotot ke arahnya.
Vaginaku terasa penuh hingga aku tak berani menggerakkan tubuhku, tapi
Andi seperti tak peduli, langsung mengocokku dengan cepat dan keras,
kurasakan penisnya menggesek seluruh dinding dan mengisi semua rongga di
vaginaku, begitu nikmat hingga seakan aku melayang layang dalam
kenikmatan birahi yang tinggi. Kakiku kujepitkan di pinggangnya, kedua
tangannya meremas dengan keras kedua buah dadaku dan memilin ringan
putingku sambil mencium bibirku dengan ganasnya.
Begitu liar
dan ganas dia mencumbuku seakan menumpahkan segala dendam yang lama
tesimpan, kocokannya yang keras seakan mengaduk aduk vaginaku. Kulawan
gerakannya dengan menggerakkan pinggulku secara acak, dan aku
mendapatkan kenikmatan yang bertambah.
Entah sudah berapa lama
kami bercinta di kursi hingga dia memintaku untuk rebah di karpet lantai
ruangan, lalu segera dia menyetubuhiku, tubuh atletisnya menindih
tubuhku sambil pantatnya turun naik mengocok vaginaku, ciumannya sudah
menjelajah ke seluruh wajah dan leherku tanpa sedikitpun bagian yang
terlewatkan.
Aku mengagumi kekuatan fisik Andi yang begitu
kuat, dinginnya AC tak mampu mencegah peluh kami sudah bertetesan di
seluruh tubuh. Kuraih kenikmatan demi kenikmatan dari setiap gerakan
Andi di atas tubuhku.
Selanjutnya kami bergulingan, kini Andi
telentang dan aku duduk di atasnya, secepatnya kugoyangkan pantatku
mengocok penis Andi, goyanganku kubuat tidak aturan dan banyak variasi
hingga dia menggigit bibirnya, dipandanginya wajahku, lalu dia kembali
meremas buah dadaku dengan kerasnya, tanpa kusadari ternyata Pak Reza
sudah berdiri di sampingku dan menyodorkan penisnya ke mulutku, kugapai
dan langsung kukulum dengan gairahnya sambil tetap menggoyang pantatku.
Pak Reza ternyata tak mau diam saja, dia ikut mengocokkan penisnya di
mulutku sambil memegangi kepalaku. Tak mau kalah Andi kemudian ikutan
menggoyangkan pinggulnya hingga kami seolah berpacu meraih kenikmatan
birahi.
Andi lalu duduk hingga tubuhku berhadapan dalam
pangkuannya, kujepitkan kakiku di pinggangnya sambil tetap menggoyangkan
pantat tanpa melepas kocokan mulutku pada penis Pak Reza, Andi
menjilati seluruh leher dan dadaku, disedotnya putingku dengan keras,
kurasakan gigitan gigitan kecil di sekitar buah dada dan putingku tapi
tak kuperhatikan.
Akhirnya kurasakan tubuh Andi menegang dan
sedetik kemudian kurasakan kepala penisnya membesar memenuhi rongga
dalam vaginaku lalu menyemprotkan spermanya, sementara gigitan dan
sedotan di dadaku terasa semakin kuat, denyutannya membuat aku terbang
melayang tinggi hingga ke puncak kenikmatan, maka akupun orgasme saat
penis Andi sedang berdenyut dengan hebatnya di vaginaku, kami sama sama
menggapai orgasme dalam waktu yang relatif bersamaan, tubuhku sudah
mulai melemas tapi penis Pak Reza masih di tanganku, maka kukeluarkan
kemampuanku untuk segera mengakhiri kemauan Pak Reza sambil masih tetap
duduk di atas Andi, tangan Andi masih meremas dengan lembut kedua buah
dadaku, tapi konsentrasiku hanya tertuju ke Pak Reza, tak lama kemudian
berdenyutlah penis Pak Reza di mulutku, tak kurasakan cairan sperma
keluar dari penis itu, hanya denyutan denyutan ringan hingga melemas
dengan sendirinya.
Aku terkulai lemas di atas tubuh Andi, anak
buahku itu, dan dia membalas dengan ciuman dan elusan di punggung
telanjangku, beberapa saat kemudia aku tersadar dan berdiri menjauhinya,
duduk kembali di kursi.
Lisa memberikan teh hangat, kami semua masih telanjang, masih kurasakan seakan penis Andi masih mengganjal vaginaku.
Baru aku sadari ternyata ada empat titik memerah bekas gigitan Andi
pada dada dan sekitar buah dadaku, kulirik Andi tapi dia tidak
memperhatikan.
Jarum jam menunjukkan pukul 13:30, ketika kami
menandatangani kontrak itu dalam keadaan telanjang, sambl memangkuku Pak
Reza menandatangani lembaran itu dan di atas pangkuan Pak Reza pula aku
menandatanganinya. Sementara Pak Edwin sebagai saksi, ikut
menandatangani kontrak itu sambil memangku Lisa yang masih telanjang.
"Alangkah asiknya kalau kita bisa makan siang bersama sambil telanjang" usul Pak Edwin
Aku hanya tersenyum menanggapi usulan nakal Pak Edwin, kukenakan
kembali pakaianku meski tanpa celana dalam karena diminta Pak Edwin yang
masih bujangan itu.
Tak lama kemudian kami semua sudah berpakaian
lengkap, kubereskan dokumen yang berserakan di lantai maupun meja dan
kuberikan semuanya ke Andi.
Dan selesailah official meeting hari ini.
Sebenarnya aku tak mau mencampur adukkan antara bisnis dan kesenangan
seperti ini, baru pertama kali terjadi. Awal bisnis yang di awali
seperti ini terus terang membuat aku takut, tapi apa bedanya dengan para
bisnisman lainnya yang memberikan wanita cantik untuk dapat mendapatkan
proyek, toh proyek itu jalan juga.
Setelah makan siang, aku
dan Andi mengantar mereka hingga ke lobby dan disanalah kami berpisah,
Aku dan Andi naik ke atas, tak ada pembicaraan sepanjang jalan ke kamar
meskipun di lift Cuma kami berdua, suasana menjadi kaku, hal seperti
inilah yang tidak aku inginkan.
"Andi apapun yang telah terjadi
adalah tidak pernah terjadi, tolong camkan itu demi kebaikan kita semua"
kataku pada Andi sambil mengecup bibirnya, sebelum dia masuk kamarnya.
Dan kami kembali ke Jakarta sebagai mana tidak terjadi sesuatu kecuali kenangan indah.
Aku tidak pernah bisa memenuhi kata kataku sendiri seperti yang aku
pesan di atas, karena bercinta dengan Andi terlalu nikmat untuk di
tinggalkan.
TAMAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar