Aku dan istriku tak pernah memiliki apa
yang anda biasa sebut dengan kehidupan seks yang menarik. Saat kami
melakukan seks, biasanya hanya dalam posisi yang wajar saja. Irama
kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, aku mulai
berfantasi tentang ‘hal dan orang lain’. Untuk bahan fantasiku, aku
membiasakan menonton film porno di malam hari setelah semua orang di
rumah tidur.
Yang mengejutkanku, kebanyakan film
porno itu selalu melibatkan seorang gadis muda. Dalam usia kepala tiga,
aku tak pernah memikirkan wanita yang lebih muda sampai aku
menyaksikan film-film itu. Aku sadar kalau ternyata gadis-gadis muda
sangatlah panas.
Hal lain yang menarik perhatianku
adalah kenyataan kalau permainan lesbian sangat populer. Aku mulai
tertarik dengan gadis muda yang mencumbui vagina gadis muda lainnya
yang lembut, basah, dan biasanya tak berambut.
Melihat film-film itu untuk berfantasi
mulai mengubah kehidupanku. Aku mempunyai tiga orang anak gadis yang
beranjak remaja. Aku mulai memperhatikan mereka, kulihat cara mereka
berpakaian, cara jalannya, dan segala tingkah laku mereka. Mereka
menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih detil saat mereka bangun pagi
untuk melihat putingnya yang mengeras di balik pakaian tidur mereka.
Kunikmati puting mereka yang terayun saat mereka berjalan-jalan dalam
rumah. Aku terus mengamati mereka sampai semuanya beranjak menjadi
seorang gadis muda yang sempurna.
Yang tertua adalah Irma. Dia mempunyai
puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Dia
sesungguhnya tak terlalu cantik, tapi enak dipandang. Aku yakin
teman-teman cowoknya banyak yang memperhatikan dadanya. Irma juga
mempunya pantat yang kencang dan besar. Tapi meskipun dia yang paling
tua di antara saudara-saudaranya, dia sering bertingkah seperti gadis
berusia separuh umurnya.
Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang
paling cantik di antara ketiganya. Masalahnya adalah dia pemalas, hanya
duduk dan tak mengerjakan apa pun sepanjang waktu. Jadi pantatnya
menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu dia
tomboy, aku jadi mempertanyakan jenis kelaminnya. Dia lebih suka berada
di antara cowok daripada cewek.
Eva yang di tengah, di antara
anak-anakku, bentuk tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, dia mempunyai
tubuh dalam fantasiku. Dia memiliki tubuh yang sempurna dengan bra
B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang hingga melewati
bahunya, dan matanya selalu nampak mempesona. Masalahnya dia yang
paling bandel. Selalu membuat masalah. Dia juga sadar kalau dia punya
tubuh yang bagus dan selalu memakai pakaian yang memperlihatkan hal
itu. Di antara anak-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku.
Setiap kali aku menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!
Kisah ini bermula dengan Irma dan
temannya Cindy. Cindy setahun lebih muda, tapi mereka sangat akrab.
Cindy selalu menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy
sangat kurus, dadanya kecil, tapi sangat manis.
Suatu malam saat Cindy menginap, aku
mulai melihat film porno seperti biasa. Suaranya kumatikan jadi aku
dapat mendengar kalau ada orang yang mendekat. Lagipula aku dengar
suara berisik dari kamar Irma. Kupikir mereka sedang sibuk dengan
urusan gadis remaja dan begadang sampai pagi ngomongin tentang cowok
dan sekolah, atau apapun yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah
bagaimana suara yang kudengar tak lagi seperti orang yang sedang
ngobrol. Kadang kudengar suara erangan.. Yang lama-lama cukup keras
juga.
Aku mendekat ke pintu kamar Irma dan
lebih mendengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu suara
erangan dan cukup berisik! Kalau saja pintunya tak tertutup pasti
kedengaran sampai luar dengan jelas. Lalu aku dengar teriakan
kenikmatan.
Kudorong pintunya sedikit terbuka. Apa
yang kulihat didalam sangat mengejutkanku. Cindy dan Irma berbaring di
lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha
Irma dan kepala Tia ada di sela paha Irma..
Setelah mataku dapat menyesuaikan
dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun
dengan cepat karena nafasnya. Putingnya ternyata lebih besar dari yang
kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri saat Cindy
menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada vagina Irma.
Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang diberikan Cindy.
Aku terus memperhatikan mereka hingga
paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan terlihat sepertinya dia akan
‘memecahkan’ putingnya sendiri saat dia mendapatkan orgasmenya pada
wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga telah orgasme dalam waktu yang
sama, karena dia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan
vagina yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang
mengejang dan kudengar sebuah umpatan keluar dari bibirnya. Aku
terkejut mundur saat kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Saat
kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan
mata indahnya dan bertanya..
“Apa Papa menikmatinya?” lalu dia melihat ke bawah dan meremas penisku yang sudah keras.
“Tak perlu dijawab, aku bisa lihat dan rasa Papa menikmatinya.”
“Kenapa Papa tak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?”
tanyanya bersamaan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku
dan mulai meremas penisku dengan pelan.
Dan sepertinya aku tak menginginkan hal lain selain ikut bergabung dengan anak-anakku, tapi..
“Papa nggak bisa, Mama kalian akan membunuh Papa.” Aku dengar suara Irma saat aku mulai menjauhi mereka.
“Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!”
Sedihnya, aku tahu apa yang telah
kulewatkan. Aku telah melewatkan kesempatan untuk mendapatkan tak hanya
satu, tapi empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi
nyata.
Aku pergi ke kamarku dan berbaring
disamping isteriku. Biasanya saat aku dan isteriku melakukan hubungan
seks terasa hambar. Kali ini saat aku merangkak ke atas tubuhnya,
kusetubuhi dia dengan keras dan cepat. Aku keluar dalam beberapa menit
saja, baru saja kukeluarkan penisku..
“Bagaimana denganku?” kudengar isteriku bertanya dan memegang penisku yang masih keras.
Dia bergerak naik di atasku dan segera
memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya dia
berinisiatif. Dan kupikir ini juga pertama kalinya dia di atas.
Isteriku bergerak naik turun dan dapat kurasakan tangannya yang
mempermainkan kelentitnya saat dia bergerak diatasku.
Melihat isteriku yang berusaha meraih
orgasmenya membuatku terangsang kembali. Kuremas payudarnya,
kubayangkan yang berada dalam genggamanku adalah milik Irma. Kupelintir
putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tak mungkin
menghentikan aku. Dia menggelinjang kegelian, tangannya semakin menekan
kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan vagina isteriku
menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah
didapatkannya. Aku jadi berpikir apa dia benar-benar puas dengan
kehidupan seks kami sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Aku belum
keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan segera
menindihnya. Langsung kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi dia
dengan kekuatan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku mulai
merasakan orgasmeku akan segera meledak. Saat puncakku semakin dekat,
kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya.
Dan saat kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku,
kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam
tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.
“Tadi sungguh hebat” kata isteriku.
“Seharusnya kamu lebih sering seperti tadi.”
Saat aku bangun keesokan harinya,
isteriku sudah tak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam
kembali terbayang. Kupejamkan mataku menikmatinya dan tanganku bergerak
kebawah mulai mengocok penisku yang mengeras. Aku hampir saja
mendapatkan orgasmeku saat kudengar..
“Kenapa Papa tak membiarkan kami saja yang melakukan untuk Papa?”
Kubuka mataku segera dan terkejut saat
melihat Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tak dapat
kucegah seiring dengan bayangan wajah Cindy yang belepotan dengan
cairannya Irma yang melintas di benakku.
“Ups, terlambat!” kata Irma saat mereka meninggalkan kamar.
Aku langsung bangkit dan segera mandi.
Aku hampir selesai mandi saat tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar
mandi dan menyelinap masuk.
“Anak-anak sudah pergi. Ayo bersenang-senang.”
Isteriku berjongkok di depanku dan
memasukkan penisku yang masih loyo ke mulutnya. Penisku mulai membesar
dalam mulutnya karena rangsangan lidahnya yang bergerak liar. Penisku
makin membesar dan kurasakan kepala penisku meluncur masuk ke
tenggorokannya. Dia tak menariknya keluar dan bibirnya semakin
ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan dia mulai menelan,
gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang basah pada penisku. Dan
hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat,
sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku mempunyai keahlian yang
disembunyikan dariku.
Pelan-pelan dikeluarkannya penisku dari
tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Dia menatapku
dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan pelan
dikeluarkannya lagi.
“Kamu menyukainya sayang?” tanyanya.
Sebelum aku dapat menjawabnya dia
melakukan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Dia mulai menggerakkanya
keluar masuk dalam mulutnya, dan tetap memandangku saat dia melakukan
itu. Isteriku mulai menaikkan temponya hingga aku tak dapat menahannya
lebih lama lagi saat tiba-tiba dia berhenti..
“Hei, hei, tunggu dulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu dimasuki, tahu.” katanya.
Isteriku berdiri dan berputar. Dia
membungkuk di depanku, merapatkan pantatnya padaku. Penisku terjepit di
lubang anusnya maka kuarahkan pada vaginanya.
“Siapa suruh mengalihkan senjatamu?” tanyanya.
“Kembalikan ke tempat semula!”
Dia meraihnya dan lalu mengembalikan
penisku ke anusnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, tapi
tidak dengannya. Pelan-pelan dia mendorong pantatnya ke belakang.
Kulihat barangku jadi bengkok karena tekanan itu, kepala penisku mulai
membelah lubang anusnya, tapi belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk
begitu saja, hanya kepalanya saja.
Dia mengerang. Lalu, dia terus menekan
ke belakang dan memperhatikan aku memasukkan batang penisku seluruhnya.
Aku tak dapat menolak rangsangan ini, kuraih pinggangnya dan mendorong
lebih keras lagi untuk memastikan aku telah memasukinya seutuhnya.
Kuputar pinggangku, memastikan dia dapat merasakan setiap mili
senjataku didalamnya, aku terpukau akan pemandangan penisku yang
terkubur dalam lubang anusnya. Lalu perlahan aku bergerak mundur.
Saat hampir seluruhnya keluar kemudian
kutekan lagi ke depan. Berikutnya aku benar-benar keluarkan penisku dan
menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang anusnya. Lalu
benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali
kedalam lubang anusnya. Aku bergerak maju mundur dengan cepat. Pelan,
cepat, pelan dan keras. Tak terlalu lama orgasmeku mulai naik. Dia
pasti dapat merasakannya karena dia mulai memainkan tangannya pada
vaginanya, berusaha untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja dia
mendapatkannya sebelum aku.
Saat kurasakan orgasmenya segera
meledak, aku bergerak semakin liar. Pantatnya bergoyang dalam setiap
hentakan. Dia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku
terhadapnya. Tak kuhentikan gerakanku saat orgasme merengkuhnya,
milikku segera datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan
membiarkan spermaku bersarang dalam lubang anusnya. Isteriku berteriak
saat orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan
spermaku yang kuberikan padanya. Akhirnya, aku selesai, tapi dia
mendapatkan orgasme sekali lagi saat kepala penisku keluar dari jepitan
lubang anusnya.
Isteriku membersihkan tubuhku lalu
mendorongku keluar dari kamar mandi. Aku melangkah ke kamar kami dan
berganti pakaian. Baru saja aku selesai memakai pakaian saat isteriku
keluar dari kamar mandi dan muncul dalam kamar.
“Tadi benar-benar indah” katanya.
“Mungkin kita harus mengulanginya lagi nanti. Sekarang keluarlah dan nonton TV.”
Anak-anakku, tanpa Cindy pulang tak
lama kemudian. Semuanya bertingkah normal. Aku lihat pertandingan bola,
dan mereka melakukan apa yang biasa mereka kerjakan di hari Minggu
sore.
Sisa seminggu itu normal-normal saja.
Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti biasanya.
Tak ada seorangpun yang bicara atau menanyakan tentang kejadian minggu
lalu. Isteriku terlalu letih tiap malamnya sepulang dia kerja.
Anak-anakku juga bersikap seperti tak pernah terjadi apapun. Aku jadi
mulai berpikir apakah itu hanya khayalanku atau aku bermimpi tentang
itu?
Saat aku pulang kerja di hari Jum’at,
anak-anaku meminta ijinku apa temannya boleh menginap nanti malam.
Cindy ingin meghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Eva
ingin temannya Ami bermalam juga. Aku suka Ami. Dia anggun. Kalau saja
aku masih remaja, aku pasti akan mengajaknya kencan. Dia, seperti Eva,
memiliki sosok sempurna. Bedanya Ami memiliki wajah yang dapat
membuatnya dengan mudah jadi seorang model kalau dia mau.
Malam harinya semuanya pergi tidur
lebih awal. Mereka benar-benar ingin lepas dari rutinitas hariannya,
baik itu sekolah atau kerja. Saat kami bangun hari Sabtunya, semua
orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Maka, isteriku maengajak
mereka semua pergi ke toko untuk belanja. Aku beristirahat sejenak
kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku saat mereka pulang nanti.
Saat mereka akhirnya pulang, sepertinya
mereka memborong semua barang-barang di toko. Aku bilang pada mereka
kalau hanya aku saja yang memasak pasti tak akan selesai. Bisa kacau
jadinya. Akhirnya mereka bersedia berbagi tugas. Dengan semua belanjaan
yang mereka borong, memerlukan hampir dua jam untuk memasaknya.
Badanku bau asap dan terasa sangat letih. Saat aku masuk kedalam rumah,
tak ada seorangpun di ruang keluarga ataupun dapur.
“Hey! Dimana kalian?” teriakku, “Saatnya makan!”
“Ya!” kudengar jawaban dari kamar Irma. Tapi tak ada seorangpun yang datang untuk makan.
“Hey, kalian sedang apa sih? Apa nggak ada yang mau makan?” tanyaku jengkel.
“Ada!” kembali hanya jawaban yang kudengar dari kamar Irma.
Aku mendekat ke kamar Irma dan ternyata
pintunya sedikit terbuka. Saat aku menengok kedalam, kulihat para
gadis dengan berbagai posisi tanpa pakaian. Kudorong pintunya agar
lebih terbuka.
“Apa yang kalian lakukan?”
“Sedang menunggu Papa.” Eva menjawab dan mendekat lalu menarik tanganku agar masuk.
“Kami membiarkan Papa minggu kemarin, tapi akhir pekan ini Papa tak akan dapat lolos dengan mudah.”
“Sudah Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!” tangkisku.
“Tidak, aku tak akan melakukannya!” kudengar suara isteriku saat kulihat dia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.
“Gadis-gadis ini menginginkanmu! Bisa apa aku menolak mereka?”
Eva menarik tanganku ke tengah kamar.
Baru kemudian aku sadar kalau dia tak mengenakan selembar benangpun.
Kupandangi tubuhnya. Apa yang kusaksikan ini jauh lebih baik dari yang
kubayangkan. Payudaranya besar tapi kencang dengan putingnya yang
menunggu untuk segera dihisap.
“Bisa apa aku menolak mereka?” pikirku saat aku rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.
Kurasakan puting Eva membesar dalam
mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya pelan.
Saat aku sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik
turun resletingku. Lalu tangan itu merogoh kedalam celana dalamku dan
mengeluarkan penisku. Aku melihat ke bawah dan kudapati Ami sedang
mengarahkan penisku ke mulutnya dan segera saja dihisapnya. Kutelusuri
lekuk tubuh Irma dengan tanganku sampai pada vaginanya yang tak
berambut, dan menyelipkan jariku padanya. Dapat kurasakan kehangatan
dalam vaginanya dan basah saat jariki kutekankan masuk dengan pelan.
Aku berusah untuk mendorongnya lebih dalam lagi, tapi terasa ada yang
menahan gerakanku. Eva memandangku..
“Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa
adalah benda pertama yang memasuki vagina Eva. Eva harap penis Papalah
yang kedua.” aku membungkuk dan mencium Eva, bibir kami seakan melebur
bersama, sebuah ciuman yang sempurna.
Sementara itu, Ami masih mengoralku.
Usahanya jelas berdampak padaku. Aku melihat kebawah, kepalanya
bergerak maju mundur pada batang penisku. Aku tak ingin mengeluarkan
sperma pertamaku dalam mulut Ami sedangkan ada pilihan lainnya. Vagina
perawan Eva dihadapanku. Maka kukeluarkan penisku dari mulut Ami.
“Kita dapat melanjutkannya nanti.” kataku padanya.
Kudorong Eva ke tempat tidur,
menindihnya dengan lembut. Kucium dia lagi lalu ciumanku bergerak ke
sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas
disana agar dia mengingat kejadian indah ini nantinya. Kemudian aku
bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan beberapa
lenguhan keluar dari mulutnya. Saat kugigit lembut putingnya dan
punggungnya terangkat sedikit keatas karena terkejut. Lalu turun ke
perutnya hingga akhirnya bermuara pada vaginanya yang tak berambut.
Kupandangi sejenak lalu kubenamkan
hidungku pada celahnya. Aroma yang keluar dari vaginanya semakin
membuatku mabuk. Saat kugantikan hidungku dengan lidah, akibatnya jadi
jauh lebih baik lagi. Saat ujung lidahku merasakan untuk pertama kalinya
hampir saja membuatku orgasme! Eva telah basah dan siap untuk aksi
selanjutnya. Penisku membesar dan keras hanya dengan membayangkan apa
yang segera menantiku didepan wajahku ini.
Ciumanku bergerak keatas dan berlabuh
dalam lumatan bibirnya lagi seiring dengan kepala penisku yang menguak
beranda keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya dileherku dan
menjepit pinggangku dengan kakinya saat aku berusaha untuk memasukinya
lebih dalam lagi. Dapat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala
penisku. Aku tak dapat menahannya lebih lama. Eva sangat panas, basah
dan rapat!
Pelan namun pasti kutingkatkan tekananku
pada vaginanya. Dapat kurasakan bibirnya melebar menyambutku,
ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus
kepala penisku saat aku menyeruak masuk. Aku terus menekan kedalam
dengan pelan meskipun aku ingin segera melesakkannya kedalam dengan
cepat seluruh batang penisku. Akhirnya dapat kurasakan dinding
keperawanannya, batas akhirnya sebagai seorang gadis untuk menjadi
seorang wanita seutuhnya. Kupandangi dia tepat di mata.
“Sayang, ini akan sedikit sakit, tapi
Papa janji sakitnya hanya sebentar saja.” kurasakan kakinya menjepit
pinggangku lebih rapat saat aku merobek pertahanan akhirnya. Akhirnya
jebol juga dinding itu.
“Aargh! Gila! Sakit, Pa!” katanya dengan mata yang berkaca-kaca.
Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada penyusup
dan rasa sakit.
“Tenang sayang, sakitnya akan segera hilang.” dan kuteruskan menekan
ke dalam sampai akhirnya terbenam semua di dalamnya. Aku diam sejenak,
membiarkannya untuk beradaptasi.
“Gimana? Udah baikan?” tanyaku. Dia anggukkan kepalanya.
“Aku hanya merasa penuh, rasanya aneh. Tapi juga terasa enak berbarengan.”
Aku mulai menarik dengan pelan, hanya
beberapa inchi, dan kemudian mendorongnya lagi dengan lembut. Aku
khawatir menyakitinya, tapi dalam waktu yang sama aku tak ingin segera
menembakkan spermaku. Aku ingin menikmati rasa vaginanya selama
mungkin. Kurasa dia mulai dapat menikmatinya, kepalanya mendongak ke
atas dan matanya terpejam.
Kupercepat kocokanku, menariknya hampir
keluar dan menekannya masuk kembali dengan pelan, menikmati rasa
sempit vaginanya pada penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring
hentakanku. Tempo dan nafsu kami semakin meningkat cepat. Kurendahkan
tubuhku dan mencium lehernya dan bahunya. Tiap gerakan tubuh kami
mengantarku semakin dekat pada batas akhir.
“Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir sampai!”
“Papa juga sayang!” Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir
kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin saat
kuledakkan sperma semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Dapat
kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju
ke buah zakarku.
Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan
dan kakinya mendorongku merapat padanya. Pelan kutarik dan kudorong
lagi semakin dalam padanya saat persediaan spermaku akhirnya
benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu menciumnya.
“Eva, ini adalah seks terbaik yang pernah Papa dapatkan.” aku lupa kalau kami tak sendirian dikamar ini.
“Aku dengar itu!” kata isteriku.
“Kita akan lihat apa kita bisa mengubah anggapanmu itu!”
Dengan para gadis-gadis itu dalam kamar ini, aku sadar ‘kesenanganku’ baru saja akan dimulai.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar