Bonus I
Tahun 1997 ada sebuah
kenangan indah di daerah wisata Kopeng masuk wilayah Kabupaten Salatiga
di Jawa Tengah dan waktu itu aku masih bekerja di salah satu perusahaan
jasa pelayaran di Semarang. Pak Bram, sebut saja begitu adalah pimpinan
tempatku bekerja, dan beliau saat itu berusia kurang lebih 48 tahunan
namun potensi seksualnya masih hebat. Aku sendiri menempati posisi
deputy dari Pak Bram dan semua sepak terjangnya sudah ada pada tanganku
semua dan aku tetap menjaga kepercayaannya padaku. Itulah kenapa
sekretarisnya selalu berganti-ganti dan selalu muda dan cantik-cantik
padahal menurutku perusahaan yang tidak begitu besar itupun belum
membutuhkan seorang sekretaris. Hanya saja saat jam istirahat dan
menjelang kepulangan Pak Bram, si sekretaris tadi disibukkan dengan
acara office party.
Kalau sudah jam-jam sibuknya Pak Bram itu,
kami seluruh kantor tidak berani mengganggu acaranya yang membutuhkan
waktu, biasanya rata rata 45 menit sampai 1 jam. Dan entah apa yang
mereka lakukan berdua dengan sekretarisnya selama itu, namun yang jelas
setiap kali office party itu berakhir, Pak Bram kelihatan lebih fresh
dan sebaliknya sekretarisnya nampak sedikit kusut dan menampakkan
ekspresi kurang puas. Seluruh telepon yang minta sambung ke Pak Bram
pasti tidak akan disambungkan dengan alasan keluar kantor atau lunch.
Suatu hari datanglah seorang agen asuransi seorang wanita untuk
menawarkan jasa ke kantor kami, dan saat itulah Pak Bram melihat wanita
itu dan diminta masuk ke ruangannya.
"Saya Sofi," wanita itu memperkenalkan dirinya.
"Bram," seraya mengulurkan tangannya.
"Saya Prasetyo," sahutku memperkenalkan diriku.
Singkatnya Pak Bram nampaknya tertarik dengan jasa asuransi itu dan
mengikut sertakan seluruh karyawan perusahaan tempat kami bekerja. Dan
saat itu juga Pak Bram menandatangani perjanjian dengan perusahaan
asuransi dari Mbak Sofi.
"Every thing is OK, jika ada apa-apa hubungi saja Pak Pras, yach," kata Pak Bram mengakhiri perjanjian kami.
Aku akui memang wanita itu pandai dan menarik sekali cara perkenalannya
atau kami sudah terlena oleh kemolekan tubuh wanita ini. Seminggu
kemudian Mbak Sofi mengantar polis-polis ke perusahaan kami dan
kebetulan Pak Bram sedang dinas ke Jakarta dan kali ini aku yang harus
menemui.
"Maaf Pak Bram lagi ke Jakarta, silakan duduk! mau minum apa?" kataku menyambut mereka di ruanganku.
"Apa saja dech yang segar," sahut Sofi.
"Oh iya, Pak Pras, kenalkan ini asisten saya, namanya Yeni," kata Sofi memperkenalkan rekan kerjanya.
Acara serah terima polis berlangsung begitu cepat dan sejenak kami hening dan terdiam tiba-tiba, suasana terlihat kaku.
"Wow, selera Mas Pras boleh juga," kata Sofi tiba-tiba.
"Em, emangnya kenapa Mbak?" tanyaku semakin akrab saja.
"Tuh.." kata Sofi sambil menunjuk ke arah kalender meja yang bergambar
cewek bule polos dengan pose mengundah nafsu yang melihatnya.
"Yach maklumlah aku khan laki-laki Mbak, nanti kalo gambarnya cowok wah.., lha bisa berabe," sahutku sekenanya.
"Begini Pak Pras, selain menyampaikan polis kami ke sini juga ingin
memberikan bonus untuk perusahaan ini karena omzetnya besar sekali,"
kata Sofi di sela-sela gurauan kami.
"Baik nanti saya sampaikan ke Pak Bram, terus.." pembicaraanku di sela oleh Sofi.
"Begini Pak Pras nanti kita bicarakan di dinner party, kita akan kasih
tau tempatnya," kata Sofi sambil menatap tajam ke arahku.
Besok
adalah hari Sabtu, biasanya kantor kami masuk setengah hari, dan siang
nanti aku harus jemput Boss yang datang bersama sekretarisnya. Dalam
perjalanan HP-ku berdering dan nampaknya dari Sofi.
"Prasetyo di sini," jawabku.
"Mas Pras, entar malem bisa khan? tempatnya rahasia, nanti sore kita jemput di kantor," kata Sofi.
"Apaan sich pakai rahasia segala," tanyaku yang membuat Pak Bram penasaran.
"Sebentar Fi, aku lagi bersama Pak Bram dan Mbak Niken," jawabku.
"Pak Bram, ini dari Sofi mengajak makan malem entar malem, dan mereka
akan membicarakan soal bonus, akan tapi dia merahasiakan tempatnya," aku
menyampaikan pesan Sofi semua ke Pak Bram.
"Mas, aku ikutan yach," rengek Niken manja.
"Hem emhh.." sahut Boss tuaku.
"OK, Mbak Sofi nanti sekalian Mbak Niken juga ikutan," aku menyambung pembicaraan ke Sofi.
Sofi terdiam sejenak lalu, "Its OK, Yeni juga kau ajak kok, pokoknya siiplah, bye," Sofi menutup pembicaraan kami.
Kami berbalik arah atas perintah Pak Bram untuk menuju kantor karena
sebentar lagi sore dari pada ke rumah Pak Bram nanti urusan sama
istrinya bisa berabe. Kantor sudah lengang karena sudah pada pulang
sejak pukul 13.00 tadi dan tinggal kami bertiga serta satpam penjaga
kantor.Begitu sampai di kantor Bram dan Niken rupanya tidak dapat
menahan gejolak birahinya dan dengan terburu-buru masuk ke ruangan Bram
namun pintu masih terbuka sedikit. Akhirnya aku tahu apa yang dilakukan
Bram dengan sekretaris-sekretarisnya dahulu, juga dengan Niken dengan
mata kepalaku sendiri.
Desahan nikmat Bram semakin keras dari
ruanganku yang kebetulan bersebelahan, demikian pula desah Niken.
"Niken, aahhmm.. mmpphh.. hisepph.. aaghh.." desah Bram membuat birahiku
perlahan bangkit dan menjalar ke selangkanganku untuk mengacungkan
diri. "Braamm.. gellii," desah Niken kemudian. Namun yang aku dengar
hanya desah dan dengusan nafas Bram yang tenggelam dalam birahinya, dan
kemana desah manja Niken? tanyaku dalam hati. Beberapa saat kemudian,
"Nikenhh.. ahhgghh.. kku.. kell.." kata Bram terbata-bata menahan laju
spermanya. "Aaaghh.." teriak Bram keras menyemburkan spermanya diiringi
suara gaduh dari ruangannya, sepertinya benturan kursi dengan meja.
"Emmpphh.." Niken mendesah lirih. Sebentar kemudian terdengar orang
mengguyurkan shower, pasti si Niken lagi bersih-bersih, tebakku. Lalu
ruangan itu kembali hening, hanya obrolan-obrolan pelan dari ruangan
itu, kadang aku dengar suara tertawa kecil dari Niken.
"Pras, sini lho jangan bengong di situ," suara Bram keras memanggilku saat aku mulai menjelajah internet di PC-ku.
"Sebentar Boss," sahutku dan dengan sengaja aku buat lama agar mereka sempat merapikan pakaian masing-masing.
Lebih kurang tiga menit berlalu aku baru berani mengetuk pintu Boss yang terbuka sedikit namun aku masih ragu-ragu.
"Masuk Pras, kemarilah kita berpesta," kata Bram datar.
Alangkah terkejutnya aku ketika masuk ke ruangan itu melihat Niken
tergolek bugil di meja Bram, sementara Bram masih menghisap puting
Niken, dan jari tengahnya bekerja di vagina Niken yang terlihat basah
oleh sperma Bram. Sperma Bram nampaknya cukup banyak sampai meleleh di
meja di sela-sela bongkahan pantat Niken yang padat kenyal.
"Mmm.. maaf Pak," kataku tergagap, namun aku melihat Niken tidak
bereaksi dan masih merem melek oleh permainan jari Bram di vaginannya.
"Pras, ayo bantu aku puasin Niken, aku udah lumayan capek Pras," kata
Bram datar dan tidak aku perkirakan sebelumnya. Melihat pemandangan
sedap itu penisku tegang seketika dan berereksi maksimal dan
membayangkan bagaimana kalau vagina sempit itu aku jejali dengan penisku
sepanjang 16,5 cm dengan diameter 4 cm. "Jangan bengong, tunggu apa
lagi!" teriak Bram. Aku menghampiri mereka berdua dan sedikit takut juga
pada Bram meski sebelumnya aku pernah threesome waktu kuliah dulu
dengan teman-temanku. Akan tetapi yang aku hadapi ini situasinya lain,
karena dia adalah Boss-ku dan sekretarisnya.
Niken menatapku
penuh harap dan dari mimiknya aku tahu dia sangat mengharapkan permainan
seksnya, tidak ada pada satu pihak dan kesimpulanku Niken belum
menggapai orgasmenya. Aku menghampiri Niken dari sisi meja lainnya
kemudian aku kecup mesra sekali bibirnya sambil kubelai lembut
rambutnya. Kami bercumbu lama sekali dan di sela-selanya kadang Niken
mendesah oleh permainan jari Bram, rasanya tidak menarik lagi baginya.
"Emmhh.. Prasshh.." desah Niken yang tampak semakin gelisah menggapai
orgasmenya yang gagal bersama Bram. Aku maklum, memang seusia Bram itu
nafsu kuda tenaga ayam karena usia. Tangan Niken mulai menggapai zipper
lantas dengan cepat Niken mengeluarkan isi celanaku yaitu batang pejal
yang hangat. "Prasshh.. aakhh.." Niken menggapai-gapai kepalaku untuk
segera menghisap putingnya, sementara tangan kirinya mengocok dengan
lembut penis kesayanganku.
"Pras.. ayoo!" rengek Niken, namun
aku melirik ke arah Boss-ku yang tampak seperti anak kecil di tetek
ibunya. Tampak olehku penis Bram lucu bentuknya, kecil sekali, pantas
saja Niken masih terangsang. Bram memberiku isyarat agar aku segera
melakukan permintaan Niken, lalu aku pelorotkan sedikit celanaku. Aku
kemudian berjalan ke sisi lain meja dan mengatur posisi untuk segera
melakukan penetrasi ke vagina Niken.
"Aoohh mmpphh.. aaghh.."
Niken menggumam ketika setengah penisku dengan mudah membongkar rongga
rahimnya yang licin oleh sisa sperma Bram. "Ahhggh sshh.. aaghkk.."
Niken tampak meringis ketika aku membenamkan seluruh batang penisku ke
vaginanya dan terasa olehku ujung penisku mendesak rahim atasnya. Aku
diamkan sesaat lamanya penisku tenggelam dalam rahimnya dan menikmati
kehangatan yang terpancar dari genital kami masing-masing. Kemudian aku
kocok penisku perlahan dan lembut agar kehangatan dan kasarnya lebih
terasa bergesek dengan bibir vaginannya. Niken tampaknya suka dengan apa
yang kulakukan, terlebih saat Bram mulai memainkan bukit indah di
dadanya dimana putingnya masih nature dan kenyal. "Aaahgghh.. sshh..
sshh.. aagghh.." Niken mulai menggelinjang lembut menyambut apa yang ia
harapkan. "Prassh.. aagghh.. kuu.. agghh.. aakkhh.." sampai juga Niken
pada momen yang diharapkannya. Akan tetapi Niken masih menguasai
orgasmenya, sehingga ia tidak larut dalam kenikmatan pertamanya.
Bersambung...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar