Bonus II
Aku memberinya waktu untuk
beristirahat, dan ketika aku hendak mengambilkan air mineral, buru-buru
Bram mencegahnya dan ia memberiku isyarat agar tetap di dekat Niken,
kali ini Bram yang melayani kami. Setelah itu ia ke bathtub dan
berendam air hangat di sana. Aku mengambil tissue di meja Bram dan aku
sapukan lembut di bibir vagina Niken yang basah oleh cairannya sendiri
dan sisa-sisa terakhir sperma Bram. Aku jongkok di sisi meja, lalu aku
buka lebar-lebar kedua kaki Niken, nampaklah kini bongkahan daging
kemerahan yang rambutnya tercukur habis lagi bersih. Kutempelkan bibirku
di bibir vaginanya untuk melakukan oral seks, dan ketika aku buka bibir
vaginanya dengan telunjuk dan jari tengahku terciumlah bau harum yang
khas dari Niken. Aku menjilat dari pangkal anus Niken sampai sisi vagina
bagian depan begitu berulang-ulang dan aku sela dengan gelitik ujung
lidahku di mulut vaginanya.
"Ooogghhk.. aagghhmm.. punnhh..
aahh.. Prasstth.. aaghh.." Niken melonjak-lonjak, pinggulnya goyang
kiri-kanan di atas meja berlapis kaca. Bokong Niken leluasa bergerak
karena sperma Bram dan mani Niken sendiri bercampur meleleh di permukaan
kaca meja tersebut. Setelah agak lama oral seks terhadap Niken aku lalu
berdiri dan melepas semua pakaianku yang sedari tadi belum sempat
terlepas. Niken membuka lebar-lebar kedua pahanya dan memegangi kedua
tungkainya, matanya terpejam menyambut sensasi yang segera ia rasakan.
Kedua bibirnya yang seksi itu ia buka memancing birahiku untuk segera
menyetubuhinya. Aku remas sendiri penisku dan semakin mengeras dan
panjang saja di hadapan Niken, kemudian perlahan aku tempelkan di mulut
vagina Niken. Tepat saat Niken menyibakkan rambutnya aku hujamkan pelan
memasuki rongga rahimnya.
"Prasshh.. aaookkh mmphh.. mmpff.." gumam Niken.
"Mmmpphh.. puaskan aku yach sayang.." rengek Niken manja.
"Slerphh.." 16,5 cm penisku kembali menjejali rahim Niken.
Aku membiarkannya diam terbenam di rahim Niken sambil memainkan otot-otot penisku untuk memberi rasa geli pada Niken.
"Prasshh.. ooaakhh.. aakhh.. mmpphh.. nikmat sekali, pintar kamu Pras.." puji Niken.
"Mau yang lebih nikmat say..?" tanyaku.
"Mpphh.." Niken hanya memejamkan matanya menyambut apa yang akan aku lakukan atas vaginanya.
Pelan namun pasti aku mulai mengocok lagi lubang rahimnya yang masih perat dan sempit itu.
"Aaaghh.. aaghh.. sshh mmffh.. terusshh.. aanngghh.." ceracau Niken.
Aku sedikit menarik dadaku agar tubuhku tegap berdiri dengan begitu kepala penisku akan dengan mudah menyentuh G-spot-nya.
"Aaakkhh.. yacchh.. yaahh.. mmpphh.. aangghh yaahh," Niken semakin
tenggelam dalam irama birahinya. Ia meremas sendiri kedua payudaranya
dan kadang putingnya ia tarik sambil dipilin-dilepas lagi dan diulangi
lagi berulang sehingga ia sendiri semakin tenggelam dalam ritme yang
mengasyikkan ini. "Aaaghkku.. agh ahhk.. aahh.. aahh.. aamphh.." Niken
melepas kedua tangannya dari dadanya dan berpegangan erat pada kedua
sisi meja. Kepalanya oleng seperti orang kesurupan lalu dadanya ia
busungkan, pinggulnya bergelinjang penuh dengan gairah birahi yang
mendalam. Kami semakin jauh tenggelam dalam irama permainan ini dan tak
menghiraukan lagi Bram yang dengan santainya menyaksikan permainan panas
kami. Namun ketika Niken mulai tak dapat menguasai dirinya tampaknya
Bram horny juga karena aku melihat tangan kanannya terlihat mengocok
penisnya sendiri dan yang kiri memegang segelas Sampanye.
"Nikeenn.. aak.. aahh.." aku tak sanggup menahan laju spermaku dan
bersamaan itu pula. "Prasshh.. aakh.. aaghh.." Niken menjerit dan
memegang erat kedua sisi meja, pinggulnya ia hentakkan kencang-kencang
dan dikombinasikan dengan goyangannya. Apa yang Niken lakukan membuatku
semakin tak tahan, dan sedetik kemudian aku memancarkan maniku banyak
sekali. "Aaagghh.." desahku keras. Rupanya denyutan penisku saat maniku
memancar menyebabkan Niken kegelian dan buru-buru ia bangun lalu
mendekapku erat-erat. Kami berdekapan mesra sampai tetes maniku terakhir
aku rasakan. Sekejap aku melihat wajah Bram terlihat tegang dan kedua
giginya terkatup rapat, sementara tangan kanannya terlihat semakin cepat
mengocok penisnya dan tiga detik kemudian ia terlihat puas melempar
senyum ke kami.
"Hem.. udah puas Nik?" suara Bram itu mengagetkan kami.
Niken menoleh ke arah Bram di bathtub lalu menganggukkan kepalanya, lalu kami french kiss lama bak sepasang kekasih.
"Terima kasih Pras, entar malem pasti lebih hot," bisik Niken.
"Ha.." aku terkejut.
"Udah ach entar tau sendiri," bisik Niken.
"Hayoo.. rencana busuk apa itu kok bisik-bisik?" tanya Bram berkelakar.
Niken tersenyum kecut lalu menyusul Bram ke bathtub. Setelah merapikan
pakaianku, aku kembali ke ruanganku lalu mandi dan aku teridur di kursi
kerjaku. Singkat dan tak kuduga sebelumnya percintaanku dengan Niken
namun masih terasa gigitannya itulah kesimpulanku saat bercinta dengan
Niken di ruang Bram.
Tak terasa sudah jam lima sore saat aku
terjaga namun kulihat ruangan Bram tertutup rapat, khawatir janji dengan
Sofi molor maka pintu aku ketuk pelan dan kudengar suara Niken
mempersilakan aku masuk.
"Masuk Pras!" suara Niken mempersilakan aku masuk.
"Mana Pak Bram?" tanyaku saat melihat Niken.
"Sedang keluar," kata Niken setengah mendesah.
"Kenapa..?" aku membalasnya dengan setengah berbisik di belakang telinga Niken.
"Masih terasa mengganjal di sini Mas.." Niken menunjuk ke selangkangannya yang ia buka melebar.
"Punya Mas besar dan panjang sich dan pokoknya mmpphh.." imbuh Niken
seraya mengusap-usap vaginanya sendiri dan membuat gerakan bak
disetubuhi.
"Akh udah ah, entar ketahuan Bram lho," kataku sambil membimbing Niken berdiri.
Kemudian kami bersiap menyambut Sofi dan Bram yang akan menjemput kami
petang ini. Kami duduk di lantai atas kantor kami sambil minum ginseng
yang dibelikan oleh security kami. Tampak di luar masih terlihat
kesibukan pelabuhan yang tak pernah akan berhenti, kami pun terlibat
obrolan santai. Akhirnya aku tahu bahwa Niken menolak kalau dituduh
simpanan Bram dan yang ia lakukan hanyalah demi uang dan karir. Ia mau
berbuat begitu karena dikhianati oleh pacar yang amat disayanginya yang
tega menghamili gadis lain. Dari Niken juga aku tahu bahwa Bram itu
orangnya "Edi Tansil" alias Ejakulasi Dini Tanpa Hasil. "Baru diisep dua
kali aja sudah ngecritt.. alias maninya muncrat," kata Niken pada suatu
kesempatan. Kasihan benar kamu Niken, bisikku dalam hati. Lalu aku
menarik nafas dalam-dalam.
"Oh iya Niken, apa maksud kamu tadi itu?" selidikku.
"Yang mana?" tanya Niken lupa.
"Itu lho, katanya nanti malem akan lebih hot!" sahutku.
Niken termenung sesaat.
"Sebetulnya ini rahasia dari Bram, cuma karena tadi aku sangat puas
dengan permainan Mas Pras akhirnya aku kelepasan ngomong," jelas Niken.
"Begini Mas Pras, sebetulnya Bram sudah tahu kalau Sofi akan memberikan
bonus dalam rangka aplikasi asuransi kemarin," imbuh Niken.
"Terus.." tanyaku penasaran.
Niken sepertinya keberatan, lantas terdiam lalu berdiri dan meghisap
dalam-dalam filter kesukaannya. Matanya menerawang jauh ke laut lepas
seolah ingin menumpahkan semua beban hidupnya di sana.
"Nik..! kamu baik-baik saja kan?" aku bertanya pada Niken dan menghampirinya lalu kudekap Niken di samping kiriku.
"Nggak! nggak apa-apa kok Mas," tukas Niken membalikkan badannya menghadapku.
"Tapi wajah kamu kok keruh begitu..?" aku mencoba agar dia mau curhat padaku.
"Mas Pras! tapi ini sangat rahasia, jadi tolong simpan untuk Mas Pras saja," pinta Niken.
Aku tidak berkata sepatah katapun karena aku rasa Niken sudah percaya kepadaku.
"Begini Mas..!" Niken mulai curhatnya kepadaku panjang lebar yang
intinya sikap Bram yang mulai terlihat mencampakkan Niken seperti baru
saja terjadi antara aku, Niken dan Bram dimana Bram mengijinkan Niken
aku setubuhi.
"Habis manis sepah dibuang," kata Niken penuh kekesalan.
"Niken! dunia ini tidak hanya milik Bram atau milik kamu ataupun milik aku saja, tetapi dunia ini luas," hiburku.
Secara jujur aku akui bahwa akhir-akhir ini aku juga merasa kesal
dengan Bram yang semakin otoriter saja dan ini bertentangan dengan
pribadiku.
"Sebenarnya aku sudah punya perusahaan sendiri yang
aku percayakan pada salah seorang sahabatku. Sekarang masih tahap trial
running dan membutuhkan accounting officer, kebetulan Niken kan
background-nya accounting punya dan kala Niken bersedia Niken boleh
berkarir di sana," kucoba memberi Niken alternatif yang baik.
"Tapi.." Niken tampaknya ragu namun segera aku yakinkan.
"Nik! apakah aku seperi Bram dan.. emhh, entah apa yang terjadi tadi
tiba-tiba aku tak sanggup menolaknya?" kutatap matanya dalam-dalam untuk
meyakinkannya, lalu aku yakinkan lagi dengan sebuah kecupan mesra di
dahinya.
"Aku tahu dan maklum kepada Mas Pras sebagai lelaki muda dan.." Niken berhenti bicara sejenak seperti berpikir sesuatu.
"Dan jantan.." tukas Niken dengan senyum manisnya yang merebak membuat wajahnya kembali bersinar.
Niken menghisap dalam-dalam kretek filternya mild-nya, lalu mencampakkan puntungnya ke vas bunga dekat jendela.
"Mas, acara nanti malam adalah rencana Bram agar dapat berkencan dengan si Sofi dan Yeni bersama kita," jelas Niken.
"Bersama kita.." aku terheran.
"Yach fivesome lah.. dan sudah jadi rahasia umun kan ada beberapa jasa
semacam itu yang memberikan bonus service yang hot," kata Niken datar.
"Tapi Mas Pras nggak usah kuwatir, aku akan melampiaskan semua
kekesalanku atas Bram pada Mas Pras, so siap-siap saja yach," ancam
Niken dengan senyumnya yang seksi yang semakin membuat hatiku berbunga.
"Dan Mas Pras akan jadi raja malam ini," ejek Niken.
"Gila kali.." kataku pelan dan tiba-tiba saja HP-ku berdering.
"Yes Boss.." jawabku pada Bram.
"Aku sampai di Gajah Mada nich, jadi siap-siap saja, sekali celup masih bisa kok Pras," kelakar Bram.
Aku tidak merespon kalimat terakhir Bram tadi hingga Bram menutup pembicaraan kami.
"Oh iya, kalian langsung saja ke Kopeng (Bram menyebut nama salah satu wisma), kita ketemu di sana," ajak Bram.
"Ok, Niken ayo kita bersiap."
Aku menggandeng Niken menuruni tangga kantor kami menuju Kijang
kesukaanku. Dalam perjalanan ke Salatiga aku mempersilakan Niken untuk
istirahat agar badannya kembali bugar. 1 jam perjalanan aku dan Niken
tiba di wisma yang dimaksud oleh Bram, Niken masih tampak terlelap, aku
mencoba membangunkannya dengan cara mengecup lembut bibirnya. "Mpphh..
udah nyampai yach.." Niken mulai tersadar dari tidurnya.
Wisma
itu besar sekali dan terletak agak jauh dari jalan raya
Salatiga-Magelang, mempunyai 4 kamar sekelas president suite. Melihat
bangunannya ini termasuk bangunan baru namun ber-arsitek mirip bangunan
lama. Bram sudah sampai duluan bersama Sofi dan Yeni yang nampak mesra
di kiri dan kanan Bram di koridor depan. Melihat kedatangan kami Sofi
lalu berdiri dan menyambut kedatangan aku dan Niken.
"Have a hot party," katanya sambil mengerlingkan nakal matanya.
"Ayo kita santap malam!" ajak Sofi ke ruag tengah.
Ruangan tengah berhias lampu kristal mahal dan interiornya tertata rapi
berhampar permadani merah menambah hangatnya suasana meski udara di
sana terasa menggigit sampai ke tulang. Kami lantas makan bersama dan
dilanjutkan berenang di warm water pool dan setelah itu acara
jalan-jalan sekitar wisma itu menghirup udara segar pegunungan bercampur
aroma sayuran khas pegunungan. "Nich room service-nya, bila perlu
apa-apa tekan saja extention 9 untuk room service atau membutuhkan
sesuatu," kata Sofi ketika kami melewati sebuah bangunan saat kembali ke
wisma.
Kami duduk-duduk di ruang depan, sementara Sofi sibuk
dengan mempersiapkan ruangan tengah. Niken sedari tadi bergelayut manja
padaku tampak acuh dengan Bram di depan kami yang merangkul mesra Yeni.
Tampak sesekali Bram mencium bibir Yeni bahkan terang-terangan meremas
selangkangan Yeni di depan Niken, Yeni sendiri rupanya juga sudah "on"
berat tak memperdulikan sekitarnya. "Ternyata brengsek juga si Bram ini,
tidak peduli perasaan Niken," makiku dalam hati. Semakin lama sikap
Bram semakin cuek saja, akhirnya aku menarik Niken untuk ke teras
samping yang menghadap ke kebun sayuran. Kami berbicang ringan di sana
tentang sejuknya dan betapa indahnya alam ini kira-kira setengah jam
kami habiskan waktu untuk ngobrol. Aku dan Niken lalu masuk kembali ke
ruangan semula dan aku amati wajah Yeni semakin kelihatan horny sekali,
demikian juga Bram, namun mereka (Bram dan Yeni) tak dapat memulai
sendiri pestanya harus bersama-sama. Wajah Yeni tidak begitu cantik
namun bodinya yahut banget, dadanya membusung, tubuhnya putih mulus
terawat, tungkainya lancir berkombinasi dengan pantatnya yang bulat
padat menandakan bahwa power sex-nya pastilah meletup-letup dan aku
yakin Bram hanya sekali goyang sudah kelojotan.
Diam-diam aku
lebih bergairah jika melihat Yeni dari pada Sofi, apalagi melihat
dahinya yang sedikit nonong tentu bongkahan selangkangannya juga tebal
dan luas. Perfectly, bathinku. Darah lelakiku semakin berdesir kencang.
Sofi sendiri orangnya montok berisi tapi tidak dapat dikatakan gemuk,
tepatnya adalah semok alias seksi dan montok, kulitnya kuning dan
rambutnya pendek sebahu.
Bersambung...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar