Bonus III
Pukul 19.00 Sofi
mempersilakan kami untuk memasuki arena dan perlahan tirai penutup
koridor sutera merah itu tertutup demikian pula untuk tirai jendela
lainnya dan tiba-tiba ruangan berubah menjadi hangat. "Inilah bonus itu
Mas Pras," bisik Niken di sela-sela
langkah kami ke ruang tengah. Benar-benar bonus yang hebat dan aku tidak
pernah habis pikir akan hal ini, lantai ruangan tengah yang tadi
beralaskan karpet merah kini berlapis kain satin lembut, entah apa
maksud dari interior ini, aku masih bertanya dalam hati.
Kami
sudah di balik tirai itu dan berada di ruang tengah namun Sofi
menjelaskan aturan mainnya yaitu semua peserta harus melepas pakaian
yang ada di tubuh kami masing-masing dan bagi yang wanita silakan dandan
secantik-cantiknya di washroom yang tersedia, dan bagi laki-laki
dipersilakan mengambil suplemen penyegar tubuh agar tetap fit. Aku
melihat tampak ada beberapa jenis dan aneka warna vibrator yang tersedia
bagian pinggir sisi meja lain yang membuat pesta ini kelihatan lebih
lengkap. Sofi bak seorang guide professional memberi petunjuk kepada
yang lain dan aku akhirnya bisa menebak bahwa sebentar lagi akan ada
nude party. Aku terperangah ketika melihat Niken baru saja keluar dari
washroom, diikuti Yeni, kemudian Sofi, wajah ketiganya anggun berhias
bibir sensual yang merah menantang dan masing-masing punya kelebihan, si
cantik yaitu Niken, si hyperseks yaitu Yeni, dan si semok Sofi. Bau
harum lebih menyeruak ke ruangan, dan aku melihat Bram jakunnya semakin
cepat naik-turun pertanda birahinya sudah di ubun-ubun.
Sofi
dan Yeni menghampiri Bram, sementara Niken mendekat ke arahku, aku
melihat Bram bergelayut mesra di dada Yeni karena Bram orangnya agak
pendek sedangkan Yeni memakai sepatu hak tinggi. Aku dan Niken tersenyum
geli saat Bram menyusu Yeni sambil berjalan ke arah meja ke ruangan itu
karena kelihatan lucu. Musik mengalun lembut menambah hangat suasana
pesta ini dan aku semakin tenggelam dalam rengkuhan bibir Niken. Di
setiap sudut ruangan ada monitor 29 inchi menampilkan film seks sehingga
menambah panas suasana pesta ini. Udara pun tak lagi terasa dingin
justru semakin terasa amat panas oleh cepatnya aliran darah kami masing
masing. Aku dan Niken mengambil segelas sampanye lalu saling suap sambil
berdansa mesra, saling dekap saling cumbu dan saling pagut. Tubuh kami
seimbang karena Niken menggunakan sepatu berhak tinggi sehingga pinggul
kami pun tepat bersentuhan. Kedua telor penisku terasa mengusap lembut
bibir luar vagina Niken membuat kami kadang merinding kegelian bercampur
nikmat.
Bram yang sedari tadi tampak sudah tak tahan ingin
segera menyetubuhi Yeni meminta Yeni mengambilkan buah anggur hijau di
tengah meja. Karena letak buah anggur itu di tengah meja maka praktis
Yeni harus menungging saat mengambilnya. Namun bukanlah Bram kalau tidak
berbuat begitu, karena begitu Yeni terlihat mengangkat tumitnya maka
merekahlah vagina Yeni lalu buru-buru Bram jongkok dan mencumbui vagina
Yeni dari arah belakang. "Aaaghh.." Yeni tampak kaget namun menikmatinya
dan acara "mengambil anggur" itupun berubah menjadi acara "jilat
kacang". Yeni memang pandai memasang umpan atas Bram, dia menikmati
jilatan demi jilatan Bram dengan desahannya. Bram memang banyak makan
garam, karena dengan permainan lidah Bram, Yeni semakin mendesah hebat
dan diikuti lenguhan-lenguhan nikmat. Bram menjilat dari lubang anus
yang sedikit memerah ke depan menuju bibir sampai sudut bibir vagina
bagian depan kemudian berhenti memainkan ujung lidahnya di klitoris
Yeni.
"Aaaoohh sshh.. oohhss hh.. oohh.. sshh.. aagg..
oohhghh," Yeni rupanya mendekati orgasmenya. Sofi kemudian mendekati
Yeni dan jongkok di antara Yeni dan meja, dan dengan sigap sudah
terlihat memainkan buah dada Yeni bagian kiri dan yang kanan ia hisap
dalam-dalam. Tangan Bram mulai menggapai meraba-raba punggung bagian
atas kemudian ke bawah berulang-ulang. Yeni terperangah nikmat apalagi
Bram kini mulai menusukkan dua jari tangannya ke vaginanya. Dengan cepat
Yeni tak mampu menahan sensasi itu, lalu Yeni pun melenguh panjang,
wajahnya mendongak meregang orgasmenya. "Aaoughh mmpphh.. aahkk..
aahhk.. aampphh.. sshitthhogghh.. sshh.." ceracau Yeni, matanya mendelik
kemudian terpejam, pinggulnya ia putar-putar mengikuti irama lidah
Bram. Demikian pula pantatnya dihetakkan lembut seirama tusukan jari
Bram yang semakin cepat temponya dan tak teratur. "Aaooghh.. aashh
sshh.. mmpphh.. aahhggh," Yeni melenguh menikmati detik-detik terakhir
orgasmenya.
Yeni kemudian menyibakkan rambutnya dan membimbing
Sofi untuk duduk di meja, lantas dengan sigap Sofi segera membuka
lebar-lebar sudut kakinya. Yeni mulai memainkan ujung lidahnya belahan
vagina Sofi. "Oogghh.. Yenn.. sshh.. aahh mmpphh.. hangat Yennhh.."
gumam Sofi. Sekembali Bram dari minum ia lalu menghampiri Sofi dan
terlihat mencumbui Sofi dengan lembut. "Oogghh.. Mas.. Brammh.. aakhkh..
mmpphff.." mulut Sofi tersumpal oleh bibir Bram.Sofi melenguh, kadang
mendesah manja, membuat aku dan Niken semakin terhanyut oleh birahi.
"Nikhh.. aaku masukin yach.." bisikku di telinga Niken lantas memainkan
belakang telinganya."Hem.. aaoghh.. gelli.. Mass.." desah Niken. Aku
sedikit membungkuk lalu tanpa diperintah Niken membantu membimbing
penisku memasuki vaginanya. "Aahhghh.. hangat.. mpphh.." hawa hangat
mulai menjalar ke tubuh Niken dari selangkangannya mengalir ke seluruh
bagian tubuh. Rasa pejal dan hangat mulai merambah ke wajah Niken yang
kini mulai kelihatan memerah, di lain bagian aku rasakan bukit vaginanya
semakin menyembul karena tersumbal oleh penisku. Aku mulai mengocoknya
perlahan seirama musik lembut, sesekali Niken menjauhkan tubuhnya dari
aku untuk lebih menancapkan gigitan vaginanya yang semakin hangat
kurasa.
Sofi sudah mulai mendekati detik orgasmenya dan
bersamaan itu pula, "Ngghh.. aampphh.. aakkhh.. ogghh.. Mas.. Prasshh..
aakk.. ooh.. aaghh.." Niken menggelinjang hebat dalam rengkuhanku, kedua
kakinya menegang hebat menahan tubuhnya yang bergetar. Aku kemudian
menarik sedikit pinggulnya ke bawah sehingga kedua pahanya kini lebih
terbuka lebar dengan demikian aku punya kesempatan untuk menanamkan
dalam-dalam secara keseluruhan penisku yang panjang. "Aaghkk.. ohh
mpmpp.. sshh.. aaghh.. aaghh.. sshh.." Niken menggapai orgasmenya,
sangat sensasional tubuhnya memeluk hangat tubuhku. Aku merasakan cairan
hangat menyiram penisku yang masih tetap berdenyut, lalu kami kembali
pada irama dansa, sementara penisku masih menancap di rahim Niken. Aku
melihat di dekat meja telah berganti posisi, dan Sofi memegang vibrator
nyala memainkannya di vagina Niken terduduk di meja dengan satu kaki ia
angkat dan satu kakinya bertumpu di lantai. Dari belakang Sofi, Bram
mengocokkan pensinya di vagina Sofi namun kelihatan ironis karena vagina
Sofi yang gemuk dan tebal itu beradu dengan penis kecil nyaris tidak
kelihatan. Aku sempat melirik Bram saat memasukkan penisnya ke vagina
Sofi yang nampak tergopoh-gopoh dan begiitu masuk seluruhnya Bram
mendesah. "Oohhgghh.. hangat Soff.." desah Bram.
Sofi mulai
menggoyang pinggulnya dengan teratur, memutar, sesekali menghentak ke
arah pangkal penis Bram. Bram kulihat kelojotan mendapat serangan Sofi,
begitu pula Yeni yang mulai mendesah kepedasan oleh sensasi vibrator
yang kini ia mainkan sendiri. Sofi tenggelam dalam alunan birahinya
lantas menggoyang cepat dan tak teratur membuat Bram semakin bergetar
dan "Aooghh.. mmpphh.. aakk.. keell.." teriak Bram menyambut semburan
spermanya. "Ttt.. tungguu.. aahkkuu.. aaooghh.. aaooghg.. aammpphh asshh
aahh.. shh.." Bersamaan itu pula sofi tegang dan sedetik kemudian
tubuhnya bergetar. Bersama itu pula penisku semakin berdenyut-denyut
karena gairahku dan hal ini menambah gelitik di vagina Niken, lalu Niken
pun tenggelam dalam orgasme yang berikut. Bram dan Sofi kemudian
berpelukan dan berpagutan mesra berjalan menuju sofa di salah satu sudut
ruangan. Lain halnya dengan Yeni yang kelihatan putus sudah jenuh
dengan permainan vibratornya, kemudian mendekati aku dan Niken.
Yeni mendekapku mesra dari belakang vaginanya yang memang masih
menyembul karena birahinya ia gesekkan sendiri ke pantatku. Kenikmatan
yang aku rasakan kali ini betul-betul nikmat, aku berdansa dengan dua
bidadari dan keduanya mendekapku dengan mesra. Penisku pun kurasa
semakin berdenyut tak teratur menandakan aku segera memancarkan sperma.
Namun karena Niken sedikit capai setelah dua kali orgasme ia
membimbingku menuju dekat meja. "Plopphh.." suara penisku saat lepas
dari gigitan vagina Niken. Niken melenguh lalu duduk di sisi meja untuk
mengambil sampanye lalu memberi isyarat agar aku meneruskan permainanku.
Aku rebahkan Yeni di shatin putih, kedua pahanya aku buka lebar-lebar
dan semakin merekahlah vagina Yeni. Tak aku sia-siakan kesempatan ini
untuk mengecup, mencumbu dan menjilat vagina Yeni yang masih bersih
(beruntung Bram menyetubuhi Sofi dulu). "Aahghh.. aapap mmhh.. appmmhh..
aakkhh.. sshh," Yeni mendesah, tangannya meremas dan memilin putingnya.
Niken tanggap akan hal ini lalu mendekati Yeni dan meletakkan kepala
Yeni di pahanya, kemudian Niken memainkan puting Yeni dengan mulutnya.
Rabaan dan remasan tangan Niken membuat Yeni semakin bergelinjang hebat
dan mempercepat orgasme Yeni yang sedari tadi tersendat. "Aaagghh..
ooghh.. ooppmmhh.. sshh.. shiitt hh.. aahhkk.." Yeni mengawali
orgasmenya dengan lengkingan panjang.
Berikutnya Yeni semakin
bergelinjang dalam lenguhan-lenguhan panjangnya, tubuhnya hangat
tersumbal oleh penisku sementara di bagian lain Niken menambah sensasi
di putingnya. "Aaaghhkk.. kkuu.. mmpphh.. maauuh.. aaghh.." Orgasme
berikutnya menyusul, apalagi setelah penisku kudorong lebih dalam lagi
membuat Yeni histeris. Tubuh Yeni masih bergelinjang, pinggulnya ia
putar goyang dengan irama tak teratur semakin cepat dan semakin cepat,
lalu aku rasakan spermaku sudah berkumpul di ujung penis menyebabkan
penisku semakin mengeras. Semakin pejal dirasakan oleh Yeni dan Yeni
kembali menggapai orgasmenya yang serasa tiada akhir."Yennhh.. aakuu.."
desahku ketika hendak menggapai ejakulasiku. Yeni bangkit dan melepas
gigitan vaginanya, buru-buru ia meraih penisku dan sekejap sudah
tertelan dalam mulut seksi Yeni. Kocokan tangan berkombinasi dengan
sedotan kadang permainan lidah Yeni membuatku bergetar hebat dan aku
kini yang berdiri pada kedua lututku terasa ingin berdiri dan melepas
semua sperma yang ada di kantong spermaku.
"Uughh.. shh.. Yennh.. ookhh.. hisapphh.. ooghh.." ceracauku saat menjelang ejakulasiku.
"Sssrr.. rotth.. crothh.. crothh.." entah berapa semprotan maniku menyembur di mulut Yeni.
"Agghh.. aampphh.. oogghh.. hh.. mmpphh.." aku masih menikmati sisa-sisa orgasme.
"Ooghh.. udahh.. aahh.." pintaku pada Yeni ketika menjilat habis sisa-sisa sperma yang meleleh dari lubang kencingku.
Lega rasanya semua birahiku tersalurkan setelah sekian lama menyumbat.
Malam semakin larut lalu kami beristirahat setelah menghabiskan minuman
yang ada. Bram lalu menuju ke kamar dan meminta Niken melayaninya di
sana, lalu aku menyusulnya, sementara Sofi dan Yeni ke washroom untuk
bersih-bersih. Niken menggapai orgasmenya saat aku dan Bram
menyetubuhinya, karena penis Bram kecil maka aku sarankan ia melakukan
lewat anus Niken sementara penisku yang panjang aku hujamkan dalam-dalam
ke rahim Niken. Niken bergelinjang hebat oleh karena permainanku dan
Bram. Bram kemudian tertidur karena kecapaian ditemani oleh Sofi. Aku
sendiri mengajak Yeni dan Niken ke kamar lainnya dan menghabiskan malam
panjang sampai spermaku terasa betul-betul terasa kering sudah dan
akhirnya aku tertidur dalam pelukan dua bidadari.
Kami
terbangun hampir bersamaan ketika matahari sudah tinggi lalu menuju
kolam renang dan berendam di sana sambil sarapan pagi. Sore hari kami
baru kembali ke Semarang dengan membawa bonus yang tak terlupakan.
TAMAT
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar